Minggu, 28 Desember 2008

PANDANGAN AWAL

A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. yang menjadi sumber aqidah kita. Secara mutlak Al-Qur’an merupakan perkataan yang paling agung dan paling mulia. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah nasihat dari Allah, nasihat yang melahirkan kesembuhan bagi hati serta dapat mangikis semua penyakit, kotoran dan kenistaan yang ada di dada agar cahaya kembali terang dan fitrah imani yang disematkan Allah pada manusia itu kembali berfungsi. Sebagaimana firman Allah swt:
Artinya : “Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isrok: 82)


Al-Qur’an juga mampu menyembuhkan berbagai penyakit fisik, maupun psikologis.
“Sebagai kitab suci, peran Al-Qur’an sangat sentral dalam kehidupan individu dan sosial umat islam. Perannya tidak hanya mencakup persoalan-persoalan ritual ibadah, tetapi juga mencakup tatanan ekonomi, sosial, politik dan bahkan budaya.”
“Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan definisi Al-Qur’an. menurut manna’Al-Qhathan: Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan orang yang membacanya akan memperoleh pahala.”
“Menurut kalangan pakar ushul fiqih, fiqih dan bahasa Arab: Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabinya, Muhammad. Lafad-lafadnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-fatihah (1) sampai akhir surat An-Nas (114).”
Al-Qur’an sendiri memiliki perbedaan nama di antaranya Al-Qur’an (bacaan), Al-Huda (pimpinan) Al-Dzikir (peningkatan) An-Nur (cahaya) Al-Furqon (pembeda), Al-Bayan (penjelasan) dan Al-Hikmah (filsafat) dan lain-lain. Nama Al-Qur’an sendiri adalah nama yang populer dan menonjol. Allah memberi keistimewaan kepada kitab yang diturunkan pada Rasulullah SAW ini dengan nama Al-Qur’an karena kitab-kitab samawi sebelumnya. Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang fenomenal, pantaslah ia disebut mukjizat terbesar Rasulullah saw. Ia adalah kalamullah yang akan senantiasa terjaga dan terjamin kesucian serta kemurniannya selama-lamanya. Sebagai firman Allah swt:

إِنَّ نََحْنُ نَزَّلْناَ الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ (الحجر: )
Artinya: Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-quran dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.(QS. Al-Hijr: 9)

Diantara mukjizat Al-Qur’an pada awal diturunkankannya yang paling menonjol adalah berupa gaya bahasa. Susunan gaya bahasa Al-Quran tidak sama dengan gaya bahasa karya bahasa manusia yang dikenal masyarakat Arab kala itu. Al-Qur’an tidaklah berbentuk syair, tidak pula berbentuk poisi. Sehubungan dengan itu Khuroish Shihab menjelaskan bahasa ayat-ayat Al-Qur’an walaupun sebagaimana yang telah dijelaskan Allah bukan syair atau puisi, tetapi terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Meskipun telah dikatakan bahwa mayoritas kisah-kisah Al-Qur’an selalu berseberangan atau lebih sering tidak sesuai dengan batasan-batasan yang ditetapkan oleh kritikus sastra. Akan tetapi nilai sastra yang terkandung dalam Al-Qur’an sangat tinggi dan itu diakui oleh ahli-ahli sastra.

Meskipun mempunyai gaya bahasa yang unik, indah serta memiliki nilai sastra yang tinggi, akan tetapi kelebihan Al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab yang lain adalah mudah untuk dihafal dan difahami apa bila kita benar-benar dan sungguh-sungguh ingin menghafal dan memehami serta mempunyai niat yagn iklas untuk menjaga kenurnian Al-Qur’an itu sendiri. Sebagaimana firman Allah swt:

Artinya : “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka adakah orang yang mengambil pelajaran” (Al-Qamar : 17)


“Ribuan bahkan puluhan ribu umat Islam yang telah hafal Al-Qur’an, dan kita pun patut berbangga bahwa kebanyakan dari mereka adalah anak-anak kecil yang masih belum cukup umur (baligh), padahal mereka mungkin sama sekali belum mengetahui fungsi dan makna Al-Qur’an itu sendiri.” Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa untuk bisa menghafal Al-Qur’an dibutuhkan kerja keras disamping mukjizat dari allah SWT, juga harus mempunyai niat, tekat yang bulat, konsisten serta niat yang tulus iklas maka tidak akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesailan sebagaimana yang dilakukan orang-orang terdahulu, banyak diantara mereka yang menghafal Al-Qur’an hanya membutuhkan waktu beberapa bulan behkan beberapa minggu saja.
Dewasa ini banyak para penghafal Al-Qur’an yang sampai bertahun-tahun belum bisa menyelesaikan, bahkan dalam jangka waktu lima tahun bahkan lebih ada yang baru memperoleh separuh atau kurang dari separuh Al-Quran. Ada beberapa faktor yang menghambat mereka, di antaranya kurangnya totalitas dan konsistensi, karena bagi seseorang yang inginmenghafal Al-Qur’an hendaknya memiliki totalitas dan konsistensi yang tinggi terhadap Al-Qur’an itu sendiri. Di samping itu juga harus mempunyai jadwal harian yang tepat, seperti mengulang kembali hafalan yang telah lalu (takror), jadwal menambah hafalan baru dan lain sebagainya, sehingga apabila ada kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan sesuai jadwal akan diganti pada waktu yang lain, sehingga tidak akan lagi ada kegiatan yang ditinggalkan.
Sistem mentargetkan hafalan seperti perhari, perminggu, perbulan, dan pertahun juga perlu dilakukan untuk memotifasi diri mereka sendiri, karena banyak dari mereka yang tidak memiliki target tertentu, sehingga biasanya hafalan yang baru diproses langsung disetorkan kepada guru. Hal ini tentu lebih berat daripada hafalan yang sudah lama disiapkan.
Seharusnya langkah pertama yang dilakukan oleh seseorang yang ingin menghafal Al-Qur’an yaitu mengaji dengan membaca (binnadlor) sampai benar-benar lancar dan sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, sambil mengangsur menghafal dengan tidak memperlihatkan bahwa dirinya sedang dirinya sedang menghafal Al-Qur’an (bisa sambil menuntut ilmu agama yang lain). Sampai sekiranya cukup mumpuni jika maju berguru lagi untuk hafalan akan mudah menyelesaikannya dalam jangka waktu yang relatif singkat yang selalu siap pakai. Hal-hal seperti inilah yang sering diabaikan oleh para penghafal Al-Qur’an dizaman sekarang ini, sehingga mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya.
Menghafal Al-Qur’an adalah tugas yang sangat agung. Karena itu, diperlukan perangkat yang agung pula. Menghafal Al-Qur’an merupakan tujuan tujuan yang sangat mulia. Sehingga dalam rangka merealisasikannya kita perlu meluangkan waktu yang mencukupi.
Ada beberapa faktor yang memiliki hubungan erat dalam menghafal al-Quran, dan faktor tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, menanamkan materi hafalan secara baik sehingga menjadi bertambah banyak dan menetapkan hafalan-hafalan sendiri. Ini merupakan faktor terpenting. Kedua, termasuk perantara fundamental (mendasar), yang tanpanya rasanya sulit bagi calon hafidz al-Quran untuk merealisasikan hafalannya dengan cepat serta tepat dalam mengulangnya. Ketiga, faktor sekunder atau pelengkap. Faktor ini membantu dalam mengingat-ingat kembali hafalan secara intensif dan efektif.

Mengingat tingginya kedudukan para hafidz serta fungsinya dalam menjaga Al-Quran, dan masih rendahnya tingkat pemahaman mereka terhadap cara-cara yang benar yang harus mereka lakukan untuk mempermudah menghafal Al-Quran, serta masih banyak lagi hal-hal lain yang seharusnya dilakukan oleh para hafidz di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo, akan tetapi ditinggalkannya sebagaimana yang telah diuraikan di atas.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Guru Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Putra di Patihan Wetan Babadan ponorogo”, dengan alasan sebagai berikut :
1. Karena Tahfidzul Qur’an merupakan amalan yang sangat terpuji dan harus dikembangkan metodologinya.
2. Karena Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan merupakan satu-satunya pondok pesantren yang mendalmi Al-Qur’an di Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
3. Karena penulis merupkan salah satu santri pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.


B. Tujuan Penelitian
Dari latarbelakang masalah yang telah dipaparkan diatas, penulis menetepkan tujuan penelitian sebegai berikut:
1. Untuk mengetahui upaya-upaya guru pondok pesantren dalam meningkatkan kemampuan santri putra dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesanren Tahfidzul Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
2. Untuk mengetahui hasil-hasil yang dicapai para santri putra dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesanren Tahfidzul Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo .


C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis perlu memberikan penegasan terhadap variabel-variabel dibawah ini :
1. Upaya adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh demi tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.
2. Guru pondok pesantren adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan dan menjadikan peserta didik menjadi lebih baik dan lebih dekat kepada tuhannya.
3. Menghafal Al-Qur’an adalah menguasai ayat-ayat Al-Qur’an tanpa melihat dan menguasai ilmu-ilmu tajwid yang ada didalamnya.

2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Upaya-upaya apakah yang dilakukan guru pondok pesantren dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putra dipondok pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo?
b. Bagaimanakah hasil dari upaya yang dilakukan guru pondok pesanten dalam meningkatkan menhafal Al-Qur’an santri putra di pondok pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo?


D. Metode Penelitian
1. Populasi dan sampel
Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri putra Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Quran Al-Hasan yang jumlahnya 34 santri. Oleh karena populasi kurang dari seratus orang, maka penelitian ini tidak menggunakan sampel.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. . Observasi
Penulis melakukan observsi terhadap kegiatan belajar mengajar santri putra, kegiatan santri pada waktu mengaji, pada waktu istirahat, pada wakyu kerja bakti, pada waktu istirahat malam hari dan ibadah tengah malam lainnya seperti qiymullail dan sebagainya.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara dengan pengasuh pondok pesantre, dewan guru, pengurus pondok dan santri putra yang menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
c. Dokumentasi
Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan dokumen-dokumen sebagai berikut :
1) Buku- buku kurikulum
2) Data-data guru
3) Data-data santri bil ghoib
4) Absensi guru
5) Absensi santri
6) Struktur organisasi
7) Akta yayasan
8) Buku nilai

3. Analisa Data
Teknik analisa data merupakan cara untuk menganalisis hasil data yang diperoleh dalam penelitian. Teknik analisis data ini digunakan untuk menentukan jawaban atas permasalahan penelitian dengan tujuan untuk mencari kebenaran dari data yang diperoleh sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Adapun data-data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode analisa diskriptif kwaliatif, artinya data-data yang terkumpul dipilah-pilah dan dikelompokkan. Sedangkan angka yng ada dijumlahkan, dibagi, diprosentase dan dikualitaskan.









E. Sistematika Penyusunan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun menjadi lima bab dan lampiran-lampiran. Secara umum, sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Skripsi ini diawali dengan halam judul, lembar pengesahan nota persetujuan pembibing, kata pengantar, motto, daftas isi, dan daftar lampiran, semua ini merupakan bagian depan dari skripsi, kemudian dilanjutkan pembahasan perbab yang merupakan isi dari skripsi, pembahasan perbab tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini memuat latarbelakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan rumusan masalah, metode penelitian dan sistemetika penyusunan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Merupakan pembahasan teoritis tentang pondok pesantren dan menghafal Al-Qur’an.
BAB III : Gambaran umum tentang pondok pesantren tahfidzul Qur’an Al-Hasan Parihan Wetan Babadan Ponorogo.
Dalam bab ini membahas tentang sejarah singkat, struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Tahfzdul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
BAB IV: Upaya meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putra di Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
Bab ini berisi tentang bentuk-bentuk upaya, kendala dan solusi serta prestasi yang dicapai dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putra di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.

BAB V : Kesimpulan dan saran
Bab ini merupakan akhir dari pembahasan skripsi, yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang berisi kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran serta daftar riwayat pendidikan penulis.

Related Posts by Categories



1 komentar:

  1. Suatu proyek yang sangat bagus. bila mungkin diharap dapat membagi ilmu hasil penelitian tsb. mungkin akan banyak bermanfaat bagi kami dan rekan yang juga menekuni dunia tahfidz. tks.
    salam taaruf wal ukhuwwah

    BalasHapus

tinggalkan anda