Sabtu, 04 April 2009

akhir pengamatan
kenyataannya ini dari keluarga muslim adalah bahwa mereka cenderung (dan telah selama beberapa waktu) dua pendapatan keluarga. ini berarti bahwa suami dan istri keduanya maintainers dari keluarga mereka. ini juga berarti bahwa, di tempat yang lebih baik adalah istri yang berkualitas, dia berhak untuk memberikan nasihat kepada suaminya juga. misalnya, jika dia adalah perusahaan pengacara dan suaminya adalah seorang pengusaha, jelas dia berada di posisi yang lebih baik dia memberikan nasihat hukum. kesimpulan ini adalah udara keluar dengan pernyataan bahwa qur'anic "muslims, laki-laki dan perempuan, yang saling walis," yakni, muslim adalah saling 'pelindung dan teman-teman "yang gagasan adalah sebanding ke dinding, jika tidak lebih luas, daripada yang qiwama
Namun, karena ketiadaan colsultative benar demokrasi di sebagian besar negara-negara muslim di mana-pengalaman telah serangkaian Empires, kerajaan, dan bentuk lain otoriter pemerintah tidak berdasar pada Alquran, tetapi pada hirarki-setan itu tidak mengherankan bahwa muslim memahami hubungan keluarga telah deteriorated juga. selanjutnya, telah mendorong hirarkis logika ekstrim seperti itu, undang-undang yang dirancang untuk memastikan bahwa masyarakat muslim menempatkan perempuan dalam situasi di mana dua qur'anic kondisi yang diberikan dalam subordinasi dia (P) secara otomatis akan menjadi puas. ini telah dilakukan oleh wanita yang menolak hak untuk bekerja, suatu keadaan yang membuatnya finansial yang bergantung pada beberapa laki-laki yang bisa, dan pertanyaan itu hak untuk mendapatkan pendidikan, untuk menjamin bahwa laki-laki yang berkualitas akan lebih baik setiap kali , dan dalam setiap keadaan.
bahkan beberapa jurists dicegah dari wanita muslim yang meninggalkan rumahnya kecuali dalam keadaan sangat terbatas. jurists ini akan dapat melihat dan khadija 'Aisha di mata pada hari penghakiman? apa yang akan mereka berkata kepada perempuan yang aktif adalah ibu dari semua orang-orang muslim?
saya adalah anggapan itu, karena keterbatasan sejarah dan budaya, muslim di masa lalu yang demokratis diabaikan pokok dari qur'anic pesan. sebagai hasilnya, muslim umma kini bermain harga yang parah. kami wanita sedang diperkosa, rumah kami sedang dibakar. dan kami akan subjugated. dengan kata lain, muslims yang telah begitu lama berlangganan ke otoriter mitra, dalam pelanggaran dari prinsip-prinsip qur'anic, sedang yang besar diberikan dosis authoritarianism, kecuali bahwa mereka tidak lagi di driver's seat. sayangnya, saya percaya bahwa umma akan sampai pada penderitaan kami meninggalkan otoriter arrogance islamic dan kembali ke demokrasi, baik di negara dan di rumah.
muslim harus memiliki keberanian untuk memeriksa kembali hirarkis lama prinsip-prinsip yang diterima dalam era yang berbeda dan budaya yang berbeda. dalam kembali memeriksa prinsip-prinsip ini, kita harus mempedomani Alquran dan semangat shura (konsultatif) demokrasi dan perlindungan dari maslaha (bunga) dari 'ibad (orang). ia pasti tidak melayani maslaha ini ke dalam diri setan hirarki yang melemahkan umma islam dan hadir sebagai berat dan tidak adil. maka apa yang kita butuhkan adalah sebuah badan hukum yang baru yang mencerminkan kumpulan islamic relations.we manusia perlu, misalnya, kode status pribadi yang benar-benar memahami dan memberikan efek kepada konsultatif dan hubungan harmonis antara pasangan. kita harus berani seperti perundang-undangan yang abandons gurih dan membingungkan bahasa sebagai "kepala" dari rumah tangga. kita juga perlu lembaga sosial yang mendukung struktur keluarga yang mencerminkan hubungan ini dan sistem pengadilan yang menjamin mereka.
laki-laki muslim memiliki kewajiban untuk membantu membawa tentang perubahan ini kami dalam keluarga dan masyarakat. mereka memiliki kewajiban untuk mendengarkan suara hati-hati untuk wanita, untuk melihat air mata melihat dan mendengar dari granddaughters dari khadija. yang mereka butuhkan untuk membantu merancang islamically memuaskan kami ada solusi untuk masalah, untuk keselamatan dari orang-orang muslim dan keselamatan dari perempuan muslim yang inextricably intertwined. kami berbagi, setelah semua, nasib yang sama.
Tuhan telah dinyatakan dalam Alquran: "wa 'tasilmuu bi hablillaahi walaa tafarroquu" (berpegang teguh dengan semua tali Tuhan. dan tidak menjadi dibagi di antara kamu). muslim hari ini berada dalam kebutuhan mendesak dari nasihat Alquran berikut ini. helplessness yang dialami oleh banyak perempuan muslim hari ini hanya satu ukuran sejauh mana kita, sebagai umma, ada drifted dari pesan ilahi. promosi kami untuk perempuan kanan. Oleh karena itu, tidak boleh dipahami sebagai upaya lain untuk menarik seluruh umma keluar dari civilizational menolak, dan kembali ke kami memperkenalkan warisan dari qur'anic dasar prinsip keadilan, keadilan dan demokra
Read More..

Minggu, 28 Desember 2008

SEBUAH KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur'an santri putra Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an (PPTQ) Al-Hasan patihan wetan babadan Ponorogo, dari hasil penelitian yang penulis lakukan, bahwa guru Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an (PPTQ) Al-Hasan melakukan beberapa upaya, yang diantaranya sebagai berikut:
1. Upaya-upaya guru pondok pesantren
a. Menanamkan kedisiplinan, seperti melaksanakan setoran dan takror (mengulangi hafalan) tepat pada waktu yang telah tentukan, agar para santri terbiasa disiplin dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki rasa tanggung jawab.
b. Memperdalam ilmu tajwid, karena mempunyai peranan yang penting dalam menghafal Ai-Qur'an dan merupakan salah satu ilmu yang harus dimiliki oleh para calon hafidz.
c. Mengadakan rutinan sema'an Al-Qur'an, karena dengan diadakannya rutinan ini para santri lebih menguasai hafalannya dan lebih mempererat tali silaturahmi antar santri dan juga masyarakat sekitarnya.



2. Prestasi santri
Sebagaimana yang telah diungkapkan diatas, bahwa prestasi manghafal Al-Qur'an santri putra pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan rata-rata memperoleh nilai baik yang ditunjukkan dengan prosentase sebesar 41,18 %.

B. Saran-saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang bpenulis lakukan, maka ada beberapa saran yang perlu di sampaikan kepada pihak pondok pesantren sebagai berikut:
1. Dilihat dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo, mengenai upaya-upaya guru pondok pesantren yang mendapatkan hasil yang kurang memuaskan, maka perlu di tingkatkan lagi kedisiplinan dalam segala aktivitas dari semua pihak agar prestasi para santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo lebih baik lagi.
2. Fasilitas merupakan sesuatu yang sangat mempengaruhi prestasi belajar, para santri hendaknya memperhatikan dan merawatnya dengan serius, seperti tempat ibadah, ruang belajar dan semua ruang infentaris pondok pesantren.
3. Kepada semua unsur-unsur Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo hendaknya mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi dalam mengemban amanat baik dari pengasuh maupun wali santri.

C. Penutup
Sesungguhnya segala puji bagi Allah swt, raab semesta alam, yang telah memberikan taufik, hidayah dan inayahnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini merupakan kehendak Allahswt dan bukan karya penulis semata.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurna'an, serta masih banyak kekurangan dan kekeliruan, walaupun telah berusaha sekuat tenaga. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sudi membaca karya ini.
Demikian sekapur sirih dari penulis, dan penulis berharap semoga karya ini dapat di jadikan bahan pertimbangan dalam kegiatan menghafal Al-Qur'an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo khususnya dan bagi masyarakat luas umumnya.






DAFTAR PUSTAKA


Nata, Abudin, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, ( Jakarta, PT. Grasindo, 2001)
Djaelani, Abdul Qodir, Peran Ulama’ dan Santri Dalam Perjuangan Politik Islam di Indonesia, ( Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1994 )
Departemen Agama, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, ( Jakarta, TP, 2001 )
Djuhan, Widda, M.Si, Diktat Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ( Ponorogo, Lembaga Penerbitan dan Pengembangan Ilmiah STAIN, 2006 )
Basthul Birri, Maftuh, Al-Qur’anul Karim Hidangan Segar, ( Kediri, Madrasah Murottilil Qur’anil Karim, 2002 )
Syamsuddin, Ahmad Yaman, Lc, Cara Mudah Menghafal Al-Qur’an, ( Sukoharjo, Insan Kamil, 2007 )
As-Sirjani, Raghib, Dr, Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an, ( Solo, Aqwam, 2007 )
Junaidi, Mahbub, Menghafal Al-Qur’an Itu Mudah, ( Solo, CV. Angkasa,TT )
Anwar, Rosihan, Drs, Ulumul Qur’an, ( Bandung, Pustaka Setia, 2002 )
Nafi’, Dian, Praksis Pembelajaran Pesantren, ( Yogyakarta, PT. Pelangi Aksara, 2007 )
Abdul Fattah, Shalah, Dr, Kunci Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, ( Jakarta, Rabbani Press, 2007 )
Syafi’ie, Inu Kencana, Ilmu Pemerintahan dan Al-Qur’an, ( Jakarta, Bumi Aksara, 2004 )
Ath-Tharawanah, Sulaiman, Rahasia Pilihan Kata Dalam Al-Qur’an, ( Sukoharjo, Insan Kamil, 2007 )
Agustin, Risa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Surabaya, Serba jaya, 2006)
Muhsin, Abdul, Dr, Langkah Pasti Menuju Bahagia, ( Surakarta, Daar An-Naba’, TT )
Mas’ud, Abdurrahman, H, Dr, MA, Dinamika Pesantren, Sekolah dan Madrasah, ( Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002 )
Putra Daulay, Haidar, Hektorisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah, ( Yogyakarta, Tiara Wacana, 2001 )
An-Nazali, Haqqi, SM, Khazinah Al-Asrar, ( Semarang, Toha Putra, TT )
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahan, ( Kudus, Menara Kudus, 1997 )








DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : AZKA ABDUL HAKIM
NPM : 062 506 57. 630
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Tanjung Samak. 17 Agustus 1979
Agama : Islam
Alamat : Jl. Parang Menang No.32 Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
Pendidikan : 1. SDN 050 Tanjung Samak Th.1991/1992
2. SMPN 05 Tanjung Samak Th 1994/1995
3. MAN Pasuruan Th 1997/1998
4. Universitas Styagama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama Islam ( Program S1 )

Demikian daftar riwayat pendidikan ini dibuat penulis sesuai dengan data yang sebenarnya.

Ponorogo, Agustus 2008

AZKA ABDUL HAKIM
Read More..
UPAYA-APAYA GURU PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUANMENGHAFAL ALQUR'AN SANTRI PUTRA

A. Bentuk-bentuk Upaya Guru
1. Mengadakan Pendalaman Ilmu Tajwid
Mempelajari ilmu tajwid merupakan hal yang sangat penting bagi orang yang ingin mahir membaca Al-Qur'an. Seorang yang faham dan fasih berbahasa arab belum tentu bisa membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Sebab, membaca Al-Qur'an mempunyai kaidah-kaidah tertentu, tata cara yang sangat khusus, serta hanya dipraktikkan terhadap kitab Allah yang mulia ini.
Allah swt menghendaki agar kita membaca Al-Qur'an sebagai mana Nabi Muhammad saw membacanya. Di pondok ini juga diajarkan pemahaman ilmu tajwid beserta praktiknya oleh para guru melalui kegiatan-kegiatan belajar baik di madrasah diniyyah maupun diluar madrasah.
Di pesantren Al-Hasan ini pendalaman ilmu tajwid diajarkan oleh guru pondok pesantren melalui kegiatan belajar mengajar di Madrasah Diniyyah Riyadlotus Subbban dan pengajian takror yang dilaksanakan setiap selesai jama'ah sholat maghrib. Belajar mengajar ini dibimbing oleh para guru-guru senior yang pada umumnya telah hafal Al-Qur’an. Dengan materi beberapa kitab klasik dan juga kitab-kitab karangan ulama abad ke 20. Seperti kitab Bidayah Al-Mustafidah, Tuhfatul Atfal, Risalah Al-Wildan, Sifa’ Al-jinan dan lain sebagainya.

2. Menanamkan Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan kunci sukses dalam segala hal, termasuk dalam proses belajar mangajar lebih-lebih dalam menghafal Al-Qur'an. Untuk itulah dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur'an, para guru pondok pesantren Tahfidzu Al-Qur'an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo sangat memperhatikan kedisiplinan para santrinya, mulai dari hal-hal yang kecil, seperti diharuskan membawa perlengkapan belajar dalam proses belajar mengajar sampai hal-hal besar seperti waktu takror, sorogan dan lain-lain. Hal ini untuk membiasakan para santri agar selalu disiplin dalam segala hal, lebih-lebih dalam menghafal Al-Qur'an karena menghafal Al-Qur'an tanpa disertai kedisiplinan yang tinggi sulit rasanya untuk mencapai keberhasilan.
Salah satu contoh kedisiplinan yang di terapkan oleh guru dapat di lihat di pesantren ini ialah ketika kegiatan pengajian sorogan, bagi santri yang ingin mengikuti sorogan diwajibkan sholat subuh berjama'ah. Bagi yang tidak mengikuti jama'ah sholat subuh tidak akan diberi nomor urut untuk melakukan setoran sorogan. Setelah jama'ah juga dilakukan pengabsenan agar diketahui siapa saja yang ikut jama'ah dan siapa yang tidak. Bagi yang tidak jama'ah sudah pasti tidak diperbolehkan mengikuti pengajian sorogan.
Dalam kegiatan pengajian sorogan juga ada beberapa aturan yang harus di penuhi oleh para santri, diantaranya:
a. Harus mengisi absen sebelum kegiatan pengajian sorogan dimulai.
b. Saat pengajian sorogan para santri diwajibkan membawa kartu tanda santri (KTS).
c. Pada waktu sorogan santri juga diwajibkan membawa nomor urut yang telah di- bagikan setelah jama'ah sholat subuh.
d. Harus mengikuti jama'ah sholat subuh.
Aturan- aturan diatas dibuat agar para santri membiasakan diri untuk selalu disiplin dalam segala hal, agar yang di cita-citakan dapat tercapai.

3. Mengadakan Bimbingan dan pembinaan
Peran guru pondok pesantren selain sebagai pendidik dan pengajar juga sebagai pembimbing dan juga pembina santri, dalam upaya ini guru pondok pesantren melaksanakan bimbingan terhadap santri dengan cara memberi pengarahan yang menyangkut masalah tata cara menghafal Al-Qur'an yang baik dan benar, kapan waktu menghafal Al-Qur'an yang tepat, metode apa yang digunakan dan lain sebagainya.
Bagi santri yang baru akan menghafal Al-Qur'an bimbingan dan pengarahan ini sangat dibutuhkan sekali, karena mereka belum berpengalaman dan belum tahu hal-hal apa yang harus dilakukan sebelum menghafal serta apa saja yang harus dijauhi dalam menghafal Al-Qur'an. Bimbingan juga diperlukan terhadap santri yang dianggap belum mencapai standar dalam menghafal. Pada umumnya di pesantren ini waktu yang dibutuhkan dalam menghafal Al-Qur'an antara tiga sampai empat tahun, ada juga yang kurang dari waktu di atas. Tetapi ada juga yang melebihi waktu normal dan santri yang seperti inilah yang dianggap belum memenuhi standar dalam menghafal.Untuk itu bimbingan dan pengarahan yang intensif sangat dibutuhkan agar bisa menyelesaikan hafalan dengan secepatnya.

4. Mengadakan Rutinan Sema'an Al-Qur'an
Rutinan ini dilaksanakan untuk menjaga hafalan-hafalan yang telah dikuasai dan juga utuk menanamkan didalam diri santri untuk mencintai Al-Qur'an dengan sepenuh hati. Dengan cinta yang di miliki diharapkan agar para santri akan lebih banyak dalam mengingat (nderes) hafalan-hafalannya. Karena orang yang mencintai sesuatu akan mempunyai perhatian yang lebih besar terhadap apa yang di cintainya, dan akan menimbulkan rasa takut akan kehilangan sesuatu tersebut.
Dengan perhatian yang besar terhadap Al-Qur'an dan rasa tidak rela akan kehilangannya maka dengan sendirinya akan menambah semangat dalam menghafal dan terus manjaga apa yang telah dihafalnya dengan kualitas yang lebih baik.
Rutinan ini dilaksanakan tiap satu bulan sekali atau kurang, karena tidak hanya dilaksanakan dalam satu majlis saja, karena dalam satu bulan itu bisa dilaksanakan dibeberapa tempat dengan waktu yang berbeda-beda pula. Rutinan-rutinan ini bisa dirinci sebagai berikut:
a. Rutinan sema'an Al-Qur'an setiap akhir bulan
Sema'an dilaksanakan setiap hari minggu terakhir pada akhir bulan, yang bertempat di masjid nurus salamah di jl. Parang menang Patihan Wetan Babadan Ponorogo. Pada sema'an ini tiap-tiap santri akan mendapat bagian sendiri-sendiri, mulai dari juz pertama sampai juz terakhir sesuai dengan penguasaan hafalan masing-masing. Adapun waktunya mulai malam minggu setelah jama'ah sholat isyak sampai selesai.
b. Rutinan sema'an Al-Qur'an setiap Jum'at Wage
Sema'an dilaksanakan setiap menghadapi malam jum'at wage bertempat di makam Mbah Dalem Sayyid Ahmad yang berada dilingkungan pondok pesantren Tahfidzul Qur'an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo. Seperti sema’an-sema’an yang lainnya setiap santri mendapat tugas membaca dan menyemak sesuai jadwal yang telah ditentukan. Adapun waktunya mulai setelah jama'ah sholat isyak dilanjutkan dengan istighosah bersama dengan masyarakat sekitarnya.
c. Rutinan sema'an berkelompok setiap bulan
Sema'an ini terdiri dari beberapa kelompok, setiap kelompok biasanya terdiri dari lima orang santri atau lebih, karena tidak ada batasan yang tetap untuk tiap-tiap kelompok. Sema'an ini juga seperti sema’an yang lainnya dimana masing-masing santri mendapatkan bagian-bagian sendiri baik waktu membaca maupun menyemak. Pelaksanaannya yaitu tiap-tiap awal bulan ditiap-tiap rumah anggota secara bergantian, sesuai jadwal yang telah disepakati bersama. Hal ini bertujuan di samping untuk memperlancar hafalan yang telah dikuasai.
d. Rutinan sema'an Al-Qur'an khusus santri-santri Ponorogo yang berada di Pondok Peantren Tahfidzu Al-Q Al-Hasan.
Sema'an ini merupakan rutinan yang berada dalam suatu wadah yang bernama "Raudloh". Raudloh ini beranggotakan para santri dari Ponorogo baik putra maupun putri, yang masih menetap di pondok pesantren Tahfidzu Qur'an Al-Hasan. Meskipun anggotanya khusus dari Ponorogo, akan tetapi juga memberi kesempatan kepada santri-santri lain yang berasal dari luar Ponorogo yang ingin mengikuti sema'an ini.
Rutinan ini dilaksanakan tiap-tiap satu bulan sekali dan bertempat di rumah-rumah anggotanya secara bergiliran, sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama oleh para anggota. Rutinan ini bertujuan disamping untuk meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur'an juga untuk mempererat tali silaturahmi antar santri Ponorogo yang berada di Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur'an Al-Hasan.

5. Mengadakan Musyafahah
Dalam meningkatkan hafalan Al-Qur'an perlu sekali dijelaskan pedoman tiap-tiap baca'an dan tata cara membaca seperti waqaf, washol, ibtida', bernafas atau tidaknya dan lain sebagainya.
Untuk itu para guru pondok pesantren Al-Hasan mengadakan musyafahah atau yang dikenal dengan talalaqi, ya'itu menyamakan baca'an santri dengan baca'an guru. Pelaksanaannya yaitu dengan cara santri duduk dihadapan guru, lalu membaca dengan jelas dan perlahan-lahan, ketika ada yang salah atau kurang tepat guru membenarkan dengan cara memberi contoh membacanya, kemudian ditirukan oleh santri dengan sebaik baiknya. Santri di tuntut untuk selalu berkonsentrasi untuk memperjelas penerimaan baca'an dari lisan guru.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian, kecermatan dan ketelieian para santri agar dapat menghafal Al-Qur'an dengan benar dan fasih serta selalu disiplin ketika membaca Al-Qur'an. Adapun pelaksanaannya yaitu pada setiap hari jum’at setelah selesai shalat subuh sampai selesai.

6. Mengadakan takroran (mengulangi hafalan) tiap hari.
Salah satu upaya guru pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Al-Hasan dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur'an, ya'itu dengan mengadakan takroran tiap hari. Adapun waktunya mulai pukul 08.00 sampai pukul 11.00 BBWI, yang bertempat di masjid Nurus Salamah jl. Parang Menang Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
Takroran ini di laksanakan dengan cara berkelompok, tiap kelompok terdiri dari dua orang santri. Cara ini bertujuan agar saat yang satu sedang mrnghafal santri yang lainnya menyimak, begitu juga sebaliknya, dan ini di lakukan dengan cara bergantian agar tidak menimbulkan kebosanan antara yang menghafal dengan yang menyimak.

B. Kendala Dan Solusi
1. Kendala
Dalan upaya peningkatan hafalan Al-Qur'an yang dilakukan terhadap santri-santri putra Al-Hasan ini, para guru masih menemui beberapa kendala, di antaranya:
a. Tidak adanya perencanaan yang jelas
Tanpa perencanaan yang jelas tidak akan dapat diketahui apakah menghafal Al-Qur’an akan berhasil atau gagal. Karena jika ingin menghafal Al-Qur'an dengan sempurna harus mempunyai perencanaan yang jelas dan ditentukan terlebih dahulu target waktunya, kapan harus menyelesaikannya.
Disinilah letak kelemahan para santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo dalam menghafal Al-Qur'an pada umumnya, mereka tidak mempunyai perencanaan yang jelas. Misalnya target apa saja yang harus terpenuhi dalam jangka waktu tertentu, program-program apa saja yang harus didahulukan dan lain sebagainya. Padahal suatu perencanaan mempunyai peran dan pengaruh yang sangat basar dalam mewujudkan suatu tujuan, terlabih lagi dalam hal menghafal Al-Qur'an.

b. Kurangnya totalitas dalam menghafal Al-Qur'an
Artinya seorang yang mempunyai totalitas yang tinggi ialah orang yang senantiasa antusias dan berobsesi merealisasikan apa saja yang telah ia niatkan dan menyegerakannya dengan sekuat tenaga.
Namun karena santri putra Pondok Pesantren Al-Hasan yang pada umumnya mengikuti kegiatan belajar mengajar disekolah umum diluar pesantren dan kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa, maka mereka tidak bisa mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya secara total untuk menghafal Al-Qur’an, karena masih ada kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas kampus maupun sekolah yang harus mereka selesaikan. Sehingga waktu yang ada tidak bisa terluang sepenuhnya untuk menghafal Al-Qur’an. Padahal suatu keinginan atau cita-cita itu harus dibarengi dengan totalitas yang tinggi dan kesungguhan, demi terwujudnya cita-cita yang diinginkan.

2. Solusi
Dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul, dewan guru, pengasuh dan para santri pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan mengadakan pertemuan setiap awal, pertengahan dan akhir tahun pelajaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberi bimingan dan pengarahan kepada para santri, baik yang akan menghafal maupun yang sedang menghafal Al-Qur’an.
Bimbingan dan pengarahan ini juga biasanya disampaikan melalui forum-forum resmi, seperti pada waktu peringatan hari-hari besar Islam seperti pada waktu acara maulud Nabi, Isra’ mi’raj dan hari-hari besar Islam lainnya. Bimbingan dan pengarahan ini juga dilakukan melalui pendekatan individu, yaitu dengan cara memberikan saran-saran langsung kepada yang bersangkutan atau menceritakan pengalaman-pengalaman para guru. Seperti pengalaman ketika dipesantren, ketika belajar, ketika menghafal Al-Qur’an dan lain sebagainya. Pendekatan semacam ini dilakukan dengan tujuan agar para santri lebih merasa diperhatikan dan lebih mempererat hubungan antara santri dan guru serta para santri dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah diterimanya dari pengalaman sang guru.
Disamping solusi-solusi diatas, ada satu lagi solusi yang dianggap paling efektif dan efisien, yaitu dengan uswah hasanah. Dimana guru langsung memberikan teladan-teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, seperti bagaimana menanamkan kedisiplinan, rasa tanggung jawab, menggunakan waktu yang sebaik-baiknya dan lain sebagainya, demi tercapainya tujuan yang diinginkan yaitu menjadi santri yang hafal, menguasai, menghayati, dan mengamalkan Al-Qur’an dengan sempurna.


C. Prestasi yang dicapai santri putra dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
Untuk prestasi menghafal ini seluruh santri bil ghoib Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo dengan jumlah 34 orang dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :





NO
NAMA
AUDIENS
ASPEK PRESTASI
Bacaan Tajwid Kefasihan Kelancaran
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
1 Bonandi Ma’arif V V V
2 Ibnu Sudianto V V V
3 Ahmad Rifa’i V V V
4 Ruston Nawawi V V V
5 Tsabbit Ikhsan V V V
6 Zainal Abidin V V V
7 Mukhtar Fauzi V V V
8 M. Jufroni V V V
9 Syarifudin V V V
10 Iwan S V V V
11 Mustaqim V V V
12 Rozif Abdullah V V V
13 Isna Romdhoni V V V
14 Abdi Mulyono V V V
15 Ahmad Mahmudi V V V
16 Ishak Iswantoro V V V
17 Afif Saiful M V V V
18 A. Rianto V V V
19 Toyyib Rosidin V V V
20 Arifin Dimyati V V V
21 Momot Mukti V V V
22 Bahrul Ulum V V V
23 Sungaji V V V
24 Sirojut Tolibin V V V
25 Khoirul Anam V V V
26 Musyafirin V V V
27 M. Maksum V V V
28 Sunarto V V V
29 Anton Muslimin V V V
30 Ahmad Hamdi V V V
31 Irawan Suwandi V V V
32 Andi Fadlan V V V
33 M. Arifin V V V
34 M. Zahro’u V V V
Jumlah 19 14 1 19 13 2 4 14 16
Prosentase 55,88% 41,17% 2,94 % 55,88% 38,23% 5,88 % 11,76% 41,17% 47,05 %
a. Prestasi bacaan tajwid ada 19 santri yang nilainya baik dengan prosentase 55,88 %, 14 santri dengan nilai cukup dengan prosentase 41,17 % dan 1 santri dengan nilai kurang dengan prosentase 2,94 %.
b. Prestasi kefasihan bacaan ada 19 santri dengan nilai baik dengan prosentase 55,88 %, 13 santri dengan nilai cukup dengan prosentase 38,23 % dan 2 santri dengan nilai kurang dengan prisentase 5,88 %.
c. Prestasi kelancaran hafalan ada 4 santri dengan nilai baik dengan prosentase 11,76 %, 14 santri dengan nilai cukup dengan prosentase 41,17 % dan ada 16 santri dengan nilai kurang dengan prosentase 47,05 %.
d. Analisa Data
Santri yang memperoleh nilai baik dengan prosentase 41,18 %
Santri yang memperoleh nilai cukup dengan prosentase 40,19%
Santri yang memperoleh nilai kurang dengan prosentase 18,63 %
Read More..