PROFILE PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL-HASAN PATIHAN WETAN BABADAN
PONOROGO
A. Sejarah Singkat
Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an ( PPTQ ) Al-Hasan merupakan satu-satunya pondok pesantren yang mendalami Al–Qur’an di Patihan Wetan Babadan Ponorogo. Para masyarakat sekitar mengiginkan adanya pesantren yang mengkaji dan mendalami Al–Qur’an.
Ada beberapa faktor lain yang mendorong berdirinya pondok pesantren ini, diantaranya sebagai berikut
1. tidak adanya lembaga pendidikan yang khusus mendalami Al-Qur’an baik ditingkat dasar maupun tingkat lanjutan di Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
2. Keinginan dari tokoh- tokoh masyarakat agar didirikannya suatu lembaga yang mendalami Al-Qur’an agar anak –anak mereka tidak jauh untuk mempelajari dan mendalami Al-Qur’an.
3. Adanya seorang darmawan yang mewakafkan sebagian tanahnya untuk didirikan sebuah pesantren di Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
Dengan adanya beberapa faktor diatas, maka segera diadakan musyawarah antar tokoh masyarakat di Patihan Wetan untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang khusus mendalami Al-Qur’an, yang bernama Bapak H. Khomari Hasan. mewakafkan sebagai tanahnya untuk dijadikan pesantren. Sebagian lagi merupakan tanah wakaf dari Bapak KH Husein ali yang merupakan pengasuh pesantren ini. Berkat respon masyarakat yang sangat antusias dalam jangka waktu yang tidak lama resmi berdirilah Pondok Pesantren Tafidzul Qur’an Al- Hasan pada tanggal 2 Juli 1984. Pada awal pesantren ini hanya memiliki dua buah bangunan baik santri putra maupun santri putri berada dalam suatu lokasi yang hanya dibatasi oleh tembok pembatas. Dengan semakin bertambahnya santri, maka santri putri dipindahkan kesebuah utara masjid Nurul Salamah tepat dibelakang ndalem pengasuh.
Pondok pesantren ini tepatnya berada di jalan Parang Menang no. 32 desa Patihan Wetan kecamatan Babadan kabupaten Ponorogo. Pesantren ini didirikan untuk waktu yang tidak ditetukan lamanya. Berdasarkan anggaran dasarnya pesantren ini mempunyaiu tujuan sebagai berikut :
1. Menanamkan nilai – nilai keagamaan agar anak didik menjadi insan muslim muslimah yang bertakwa kepada Allah swt dan memiliki wawasan agama yang luas serta berakhlak sesuai dengan Al-Quar’an dan sunah.
2. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan anak dalam menguasai Al-Qur’an dan mampu mengembangkannya dimasyarakat.
3. Untuk memasyarakatkan Al-Qur’an dan mengqur’ankan masyarakat sebagaimana hadist nabi SAW:
خيركم من تعلم القران وعلمه (رواه البخارى)
Artinya : ” Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkanya”. (HR. Bukhori).
B.Struktur Organisasi
1. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Tafidzu Al-Qur’an Patihan Wetan Babadan ponorogo Periode 2007 / 2008 adalah sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI.
PPTQ AL- HASAN PATIHAN WETAN BABADAN PONOROGO
PERIODE 2007 / 2008
Keterangan :
____________ Garis Komondo
- - - - - - - - - - - Garis Konsultasi
2. Guru-guru Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo tahun pelajaran 2007 / 2008 sebagai berikut :
Nama Jabatan
K.H Husein Ali, MA
Ust. Musyafirin
Ust. Jufroni
Ust. Rifa’i
Ust. Tolibin
Ust. Ikhsan
Ust. Nawawi Pengasuh
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Para guru-guru di pesantren ini pada umumnya adalah santri-santri senior yang telah beberapa tahun mengabdi dan telah menguasai ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Al- Qur’an serta telah hafal Al-Qur’an.
3. Keadaan Santri putra Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo Tahun pelajaran 2007 / 2008
No Santri Jumlah
1.
2. Bil Ghoib
Bin Nadlor 34 orang
28 orang
C. Sarana Prasarana
1. Letak Geografis
Secara geografis Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan terletak di Jln. Parang Menang No 32 Desa Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut :
1. Sebelah barat berbatasan dengan tanah milik Bapak H. Komari Hasan dan tanah milik Bapak Haris
2. Sebelah timur berbatasan dengan tanah milik Bapak Teguh
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan tanah milik Bapak Mari
4. Sebelah Utara bebatasan dengan tanah milik Bapak Joni Arifin
2. Sarana Prasarana yang dimiliki
Dalam melaksanakan proses pembelajaran pesantren ini telah memiliki bangunan sendiri sebanyak dua buah, yang terdapat beberapa ruangan.
Adapun ruangan –ruangan yang ada di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Hasan Patihan Wetan adalah sebagai berikut :
1. Ruang Kelas : 4 Ruang
2. Masjid : 1 Buah
3. Kamar : 9 Buah
4. Kantor : 1 Ruang
5. Ruang Komputer : 1 Ruang
6. Ruang Guru : 1 Ruang
7. Gudang : 1 Ruang
8. Dapur Umum : 1 Ruang
9. Tempat parker : 2 Tempat
10. Wc Guru : 2 Ruang
11. Wc Santri : 4 Ruang
Disamping itu masih ada beberapa peralatan perlengkapan untuk membantu lancarnya proses pembelajaran seperti papan tulis, meja, kursi, dan peralatan-peralatan lainnya yang telah disediakan oleh pondok pesantren.
D. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Waktu Kegiatan
Pada awal berdirinya pesantren ini merupakan pesantren yang mengkhususkan pada pendalaman Al-Qur’an. Pada perkembangannya pesantren ini juga mengkaji kitab-kitab salaf karya ulama abad 20 atau yang lebih dikenal dengan kitab kuning dengan system klasikal.
Proses kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di pondok pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan patihan wetan Babadan Ponorogo dimulai setelah sholat maghrib, dilanjutkan setelah sholat isya’ dan setelah sholat subuh. Pada siang hari di pesantren ini tidak ada kegiatan belajar mengajar, karena pada umumnya para santri mengikuti kegiatan belajar mengajar diluar pesantren, mulai tingkat SLTP, sampai Perguruan Tinggi.
a. Kegiatan setelah sholat maghrib
Setelah sholat maghrib kegiatan di pesantren ini dimulai bagi santri bil ghoib setelah sholat maghrib diwajibkan taktor, yaitu mengulang kembali hafalan yang telah dikuasainya. Tujuannya agar para santri bil ghoib lebih menguasai hafalannya.
Bagi santri bin nadlaor diwajibkan mengaji saragan Al-Qur’an kepada para ustadz yang telah ditentukan, mulai setelah jama’ah maghrib sampai masuk waktu sholat isya’
b. Kegiatan setelah sholat isya’
Setelah jama’ah isya’ para santri bil Ghoib melakukan takrar kembali atau menambah hafalan baru untuk disetorkan pada waktu sorogan kepada pengasuh setelah jama’ah subuh. Bagi santri bin Nadlor diwajibkan mengikuti Madrasah Diniah di Pondok, karena di pondok ini juga ada madrasah dinniahnya yang bernama Madrasah Riyadlotus Subban.
Madrasah ini pada awalnya dikhususkan bagi bagi santri-santri-santrii bin nadlor, akan tetapi bagi santri santri bil Ghoib juga diperbolehkan mengikuti kegiatan belajar mengajar di pesantren ini. Materi-materi yang diberikan merupakan materi kitab – kitab salaf yang lebih dikenal dengan kitab kuning karya ulama-ulama salaf pada zaman pertengahan. Kepintaran dan kemahiran seorang santri diukur dari kemampuannya membaca serta megarahkan dan menjelaskan isi kandungan kitab-kitab tersebut. Agar bisa membaca dan memahami suatu kitab dengan benar, seorang santri dituntut untuk memehami dengan baik ilmu-ilmu bantu seperti nahwa, sharaf, balaghah dan lain-lain.
Karena sedemikian tinggi posisi kitab-kitab islam klasik, maka setiap pesantren selalu mengajarkan kitab-kitab kuning karya ulama salaf. Kendati sekarang telah banyak pesantren memasukkan pelajaran umum, namun kitab-kitab klasik tetap diindahkan.
Disamping mengkaji kitab-kitab kunig madrasah ini juga mengkaji ilmu-ilmu agama yang diambil dari luar kitab-kitab kuning, yaitu ilmu agama yang diambil dari kitab-kitab berbahasa Arab yang disusun oleh ulama –ulama yang tergolong mutakhir, misalnya mahmud yunis, K.H Imam Zarkasi, Umar Bakri dan lain-lain.
Adapun mata pelajaran yang ada di Madrasah Riyadlotus Subbah secara rinci adalah sebagai berikut:
Kelas I
No Nama Mata Pelajaran
1.
2.
3.
4.
5. Syarbawi
Amsilah Al-Tasrifiyyah
Badi’ Al – arnali
Tanbihu Al- Muto’alim
Sifa’li Al- Jinan
Kelas II
No Nama Mata Pelajaran
1.
2.
3.
4.
5.
6. Matan Al-jurumiyyah
Kowait Al-sorfiyyah
Jawahirul Al-kalamiyyah
Wasoya
Mabadi’u Al-fiqhiyyah Jus 3 dan 4
Bidayah Al-mustafidah
Kelas III
No Nama Mata Pelajaran
1.
2.
3.
4.
5. Takrirat Al-jurumiiyah
Takrirat Al-kawaidus Sarfiyyah
Ta’lim Al-muta’alim
Riyaad Al-badiah
Tijan Al-barary
Kelas IV
1.
2.
3.
4. Al-imrity
Nadzam Al-maksuud
Minah Al-fikriyyah
Takriib
Di madrasah ini tidak hanya santri pondok saja yang boleh mengikuti kegiatan belajar mengajar, akan tetapi terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin belajar juga diperbolehkan, dengan syarat mendaftarkan diri terlebih dahulu.
c. Kegiatan setelah sholat subuh
Semua santri baik bin Nadlor maupun bil Ghoib diwajibkan untuk mengaji sorogan Al-Qur’an kepada pengasuh. Sorogan ini dilaksanakan dengan cara maju empat orang empat orang hingga selesai. Pada waktu sebelum sorogan para santri diharuskan mengisi absen terlebih dahulu dan membawa kartu tanda santri ( KTS ). Sorogan ini dimulai setelah selesai jama’ah sholat subuh sampai selesai kira-kira pukul 06.00 BBWI.
2. Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
Metode merupakan alat pendidikan untuk mencapai suatu tujuan dalam menyampaikan pengetahuan terhadap anak didik. Tentunya membutuhkan metode yang efektif dalam mentransfer ilmu kepada anak didik. Untuk lebih jelas akan penulis ketengahkan mengenai arti metode.
Metode adalah cara praktis untuk menyampaikan pelajaran kepada murid. Ada yang memberi makna, metode adalah jalan yang diikuti untuk memberi kepahaman kepada anak dalam berbagai bidang studi. Adalagi yang mengatakan adalah rentetan kegiatan yang terarah bagiguru. Yang menyebabkan proses timbulnya belajar mengajar sehingga murid menjadi terkesan.
Pada intinya dalam proses kegiatan belajar mengajar guru harus memutuskan metode secara jelas sebelum memutuskan dalam memilih metode yang tepat. Ketidak jelasan dalam tujuan yang akan menyebabkan kesulitan untuk menentuakan metode yang cocok dan tepat.
Oleh karena itu didalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan sosok pengajar atau pendidik yang professional, yang mana mereka itu telah dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan serta kecakapan, bakat dan minat yang cukup.
Di pondok pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo dalam proses belajar mengajar masih menggunakan metode klasik, diantaranya metode ceramah. Metode ceramah adalah suatu metode dalam pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian materi kepada peserta didik dengan jalan menerangkan, menjelaskan dan memahamkan cara penuturan secara lisan.
Disamping metode ceramah masih ada metode klasik yang banyak digunakan pesantren – pesantren di Indonesia, yaitu metode sorogan. Metode sorogan ini sangat efisien untuk meningkatkan kreatifitas anak didik, karna pada metode ini pendidik hanya mengawasi peserta didik dan memberikan pengarahan apabila dalam penyampaian materi ada yang kurang atau tidak tepat. Jadi peserta didik dituntut untuk selalu berusaha sebaik mungkin dalam menguasai dan menyampaikan materi kepada pendidik. Hal seperti ini dapat mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam belajar dan menanyakan kepada orang lain apabila ada hal-hal yang dirasa masih janggal atau kurang dapat dipahami. Untuk itulah pesantren – pesantren di Indonesia masih banyak yang mengandalkan metode ini, karena dianggap paling efektif dan efesien.
Read More..
apakah anda seorang santri atau pelajar yang sedang menuntut ilmu? baca blog ini Insya Allah bermanfaat
Minggu, 28 Desember 2008
PARADIGMA
A. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Tidak jelas dan tidak banyak referensi yang menjelaskan kapan pesantren pertama berdiri, bahkan istilah pesantren, Kyai, dan santri masih diperselisihkan. Menurut asal kata pesantren berasal dari kata Santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat. Dengan demikian pesantren artinya tempat para santri . Selain itu, asal kata pesantren terkadang dianngap gabungan dari Sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong). Sehingga kata pesntren dapat bearti “ tempat pendidikan baik-baik “. Pesntren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santr, sedangkan pondok bearti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Dismping itu kata pondok mungkin berasal dari bahasa arab “ funduq “ yang bearati hotel atau asarama.
Nurkholis Majid berpendapat bahwa berbicara tentang pesantren tidak dapat dipisahkan dengan kata santri. Santri berasal dari kata sastri (sansekerta) yang bearti melek huruf, dikonotasikan santri adalah kelas literary, pengetahuan agama dibaca dari kitab berbahasa arab dan diasumsikan bahwa santri bearti juga orang yang tahu tentang agama (melaluai kitab - kitab) dan paling tidak santri dapat membaca Al-qur’an, sehingga membawa sikap lebih serius dalam memandang agama.
“Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidkan Islam yang di dalamnya terdapat Kyai (pendidik) yang maengajar dan mendidik para santri (anak didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut serta didukung dengan adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri.”
Dalam pelaksanaannya sekarang ini, dari sekian banyak system atau tipe pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren, secara garis besar dapat digolongkan kedalam dua bentuk yang penting:
a. Pondok pesantren salafiyah
Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama islam yang kegiatan pendidikan dan pengajarannya sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya.
b. Pondok pesantren khalafiyah (‘Ashriyah)
Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan, juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal (jalur sekolah), baik itu jalan sekolah umum (SD, SMP, SMU, dan SMK), maupun jalan sekolah berciri khas agam island (MI, MTs, MA, atau MAK).
2. Sejarah Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan salah satu tempat pendidikan agama islam pertama di Indonesia, untuk itu apabila kita berbicara tentang pondok pesantren tidak lepas dari awal masuk dan berkembangnya agama islam di Indonesia. Sebagaiman sejarah masuknya islam di Indonesia, dimana islam dibawa oleh para pedagang sekaligus berperan sebagai ulama, mereka memberikan pendidikan dan pengajaran setiap ada kesempatan yang ada disela waktu berdagang mereka. Mengenai pesantren ini ada beberapa pendapat yang kontrdiktif.
Pertama, kelompok ini berpendapat bahwa pesantren adalah kreasi orisinil anak bangsa setelah mengalami kontak dengan budaya lokal. Pesantren merupakan system pendidikan hindu- budha, disamakan dengan mandala dan asrama dalam khazanah lembaga pendidikan pra-islam. Kedua, kelompok yang berpendapat bahwa pesantren diadobsi dari lembaga pendidikan islam timur tengah. Kelompok ini meragukan pendapat yang menyatakan bahwa lembaga mandala dan asrama yang sudah ada sejak zaman hindu-budha merupakn tempat berlangsungnya praktek pengajaran tekstual sebagaiman dipesantren.
Salah satu metode mereka yang diterapkan untuk mengenalkan islam sebagai proses pendidikan, yaitu metode Uswah atau contoh perilaku.mereka dalam sosialisasi dengan masyarakat memberikan contoh tingkah laku yang baik seperti sopan, ramah tamah, tulus ikhlas, pengasih, amanah, pemurah, jujur dan adil. Demikian islam dikenlkan oleh pengajaran islam terdahulu dimana saja mereka bearada. Dan dimana saja mereka mempunyai kesempatan tinggal cukup lama, mereka membangun masjid atau langgar. Dua tempat ibadah itu digunakan sebagai media untuk memberikan dakwah atau pengajaran tentang islam kepada masyarakat yang ada.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasullah SAW, dengan para sahabatnya ketika hijrah dari mekah ke madinah Beliau menjadikan masjid nabawi sebagai pusat pendidikan islam. Masjid yang semula merupakan pusat pendidikan tunggal yang menampung semua orang, tanpa batas umur, lambat laun berkembang menjadi pusat pendidikan islam untuk tingkat menengah dan perguruan tinggi, dan untuk menampung pendidikan anak-anak tingkat dasar didirikan al-kuttab.
“Dari sinilah para ulam ditimur tengah mulai mendirikan madrasah dengan nama pondok pesanten, yaitu masjid sebagai pusat pendidikan ditambah ruangan-ruangan kelas dan asram pemondokan para pelajar (santri).” Samudra pasai merupakan pusat pendidikan islam atau pondok pesantren pertama di Indonesia. Selanjutnya, system pendidikan pesantren ternyata tidak hanya terdapat disamudra pasai saja, akan tetapi telah menyebar kepulau jawa dan bahkan seluruh Indonesia.
3. Unsur-unsur Pondok Pesantren
Ada beberapa unsur didalam pondok pesantren yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Zamakhsyari Dhafier dalam bukunya Tradisi Pesantren, menyebutkan 5 elemen, yaitu kyai, santri, masjid,asrama pemondokan dan pengajaran kitab-kitab klasik.
a. Ulama’ (kyai)
Ulama adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kauniyah maupun Qur’aniyah yang diikuti masa khasyyah (takut) kepada Allah. Ulama’ jamak dari ‘alima yang berarti seseorang yang memiliki ilmu mendalam, luas dan mantap. Ulama adalah seserang yang memiliki kepribadian dan akhlak yang dapat menjaga hubungan dekatnya dengan Allah dan memiliki benteng kekuatan untuk menghalang dan meninggalkan segala sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT. tunduk, patuh dan khasyyah kepada-Nya. Ulama atau kyai adalah tokoh sentral dalam satu pesantren, maju mundurnya pesantren ditentukan oleh wibawa dan charisma sang kyai. Karena itu tidak jarang terjadi, apabila sang kyai disalah satu pesantren wafat, maka pamor pesantren tersebut merosot karena kyai yang menggantikannya tidak setenar kyai yang telah wafat itu.
Adapun syarat atau criteria ulama yaitu :
1) Keilmuan dan keterampilan
a) Memahami Al-Qur’an dan sunnah Rasullullah ulumuddin lainnya
b) Memiliki kemampuan memahami situasi dan kondisi serta dapat mengantisipasi perkembangan masyarakat dan dakwah islam
c) Mampu memimpin dan membimbing umat dalam melaksanakn kewajiban hablum min Allah, hablum min Annas dan hablum min al-Alam .
2) Pengabdian
a) Mengabdikan seluruh hidup dan kehidupannya hanya kepada Allah SWT.
b) Menjadi pelindung, pembela dan pelayan umat (waliyul mu’minin)
c) Menunaikan segenap tugas dan kewajibannya atas landasan iman dan takwa kepada Allah SWT dengan penuh rasa tanggung jawab.
b. Santri
Santri merupakan salah satu elemen penting dalam pondok pesantren, karena santri merupakan sekelompok orang yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan ulama atau Kyai. Santri adalah sisiwa atau mahasiswa yang dididik dalam linkungan pondok pesantren yang menjadi murid dan sekaligus menjadi pengikut serta pelanjut perjuangan ulama yang setia.
Dalam pesantren, dilihat dari sisi santrinya, ada dua yaitu santri mukim (tinggal dipesantren) yaitu siswa yang berdatangan dari tempat yang jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnyamaka dia mondok (timggal) dipesantren. Dan santri kalong (santri yang pulang pergi) yaitu siswa yang berasal dari daerah sekitar yang memuingkinkan mereka pulang ketempat tinggal masing-masing. Biasanya santri yang mukim jumlahnya lebih besar daripada santri yang ngalong.
“Didunia pesantren biasa juga dilakukan, seorang santri pindah dari suatu pesantren kepesantren lain. Setelah seorang santri merasa cukup lama disuatu pesantren, maka dia pindah kepesantren lain dengan tujuan untuk menambah dan mendalami suatu ilmu yang menjadi keahlian dari seorang kyai yang didatanginya.”
c. Masjid
Masjid diartikan secara harfiah adalah tempat sujud, karena ditempat ini setidak-tidaknya seorang muslim lima kali sehari semalam melaksanakan sholat.
Masjid merupakan suatu yang harus ada dalam pondok pesantren, karena disamping sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai pusat pendidikan. Sebagaimana pada zaman Rasulullah SAW, masjid merupakan pusat pendidikan islam tunggal, dan terus berlanjut sampai zaman khulafa al-Rasyidin yaitu Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib, yang terakhir sampai tahun 661 M.
d. Asrama Pemondokan
Asrama pemondokan ini biasanya terdiri dari kamar-kamar, aula, kamar mandi, dapur umum dan lapangan olahraga. Pada zaman dahulu, asarama pemondokan ini banyak yang terbuat dari bambu yang berbentuk angkringan (menggunakan tiang penyangga dibawah lantai). Tetapi sekarang ini bangunannya sudah berbentuk gedung-gedung yang sarana dan prasarananya lebih bagus dibandingkan dengan asrama pemondokan zaman dulu, dan mulai jarang ditemui bangunan yang terbuat dari bambu.
Meskipun sarana dan prasarana paesantren pada zaman dahulu kualitasnya berada dibawah pesantren sekarang akan tetapi kualitas santri pada zaman dahulu tidak kalah dibandingkan dengan santri zaman sekarang, bahkan dapat dikatakan lebih unggul. Tidak sedikit lulusan pesantren pada zaman dahulu yang menjadi ulama-ulama besar yang akhirnya bisa mendirikan pesantren sendiri dilingkungan masyarakatnya. .
Ada beberapa alasan pokok pentingnya pondok dalam suatu pesantren, yaitu : Pertama, banyaknya santri-santri yang berdatangan dari daerah yang jauh untuk menuntut ilmu kepada seorang kyai yang sudah termashur keahliannya. Kedua, pesantren-pesantren itu terletak di desa-desa, dimana tidak tersedia perumahan santri yang berdatangan dari luar daerah. Ketiga, ada hubungan timbal balik antara kyai dan santri, dimana para santri menganggap kyai sebagai orang tuanya sendiri.
e. Pengajaran ilmu-ilmu agama
“Pengajaran ilmu-ilmu agama dipesantrn, pada umumnya dilaksanakan lewat pengajaran kitab-kitab klasik, disamping ada sebagian pesantren yang memakaim kitab-kitab berbahasa Arab yang tidak tergolong kepada kitab-kitab klasik.”
1) Pengajian kitab-kitab Islam klasik
Kitab-kitab Islam klasik yang lebih populer dengan sebutan kitab kuning, ditulis oleh ulama-ulama Islam pada zaman pertengahan. Kepintaran dan kemahiran seorang santri diukur dari kemampuannya membaca serta mensyarahkan (menjelaskan) isi kandungan kitab-kitab tersebut. Biasanya pengajian kitab-kitab tersebut dijadwal lengkap dengan waktu, tempat, kyai yang mengajar, serta nama kitab yang dibaca.
2) Pengajian kitab-kitab Islam Non klasik
Pengajian kitab-kitab ini biasanya dilaksanakan di pesantren modern. Dipesantren-pesantren modern pengajian kitab-kitab Islam klasik tidak mengambil bagian yang penting, bahkan boleh dikatakan tidak diajarkan.
Pengajian ilmu-ilmu agama diambil dari kitab-kitab berbahasa Arab yang disusun oleh ulama-ulama yang tergolong mutaakhir. Seperti pondok pesantern modern Gontor, kebanyakan pelajaran agama diambil dari kitab-kitab karangan ulama yang sudah tergolong abad ke-20.
4. Guru Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama islam pertama di Indonesia dengan sisitem pembelajaran yang pada umumnya masih bersifat klasik. Berbicara guru pondok pesantren berarti tidak bisa lepas dari pendidikan islam. Dalam pendidikan islam peran guru sangat penting demi tercapainya tujuan pendidikan islam, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
“Menurut Al–Ghozali, guru adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan dan mensucikan hati hingga menjadi dekat dengan khaliqnya. Untuk itu guru dalam perspektif islam melaksanakan proses pendidikan hendaknya diarahkan pada aspek tazkiah, an-nafs.”
Oleh karena itu, seorang pendidik dituntun untuk memiliki beberapa sifat keutamaan yang menjadi kepribadiannya. Diantara sifat tersebut adalah :
a. Hendaknya guru mencintai anaknya bagaikan anaknya sendiri.
b. Guru jangan mencari bayaran dari pekerjaan mengajarnya, demi mengikuti jejak Rasullah saw dengan alasan bahwa pekerjaan mengajar lebih tinggi harganya daripada harta benda
c. Guru hendaknya menasehati muridnya agar tidak mencari ilmu untuk kemegahan atau mencari kehidupan dunia.
d. Guru hendaknya menjadi teladan dan contoh utama yang harus di tiru para murud – muridnya.
e. Guru hendaknya mengamalkan ilmunya, agar ucapanya tidak mendustai perbuatannya.
Dalam hal ini Allah swt berfirman :
Artinya :” Apakah kamu memerintah manusia dengan perbuatan baik sedang kamu lupa terhadap dirimu sendiri”. (Q.S.Al-Baqarah : 44).
5. Sistem Pendidikan Pesantren
Sebenarnya sistem pendidikan pesantren merupakan jenjang lanjutan dari system pendidikan langgar dan masjid, baik secara materi maupun metode yang dipakai. Pesanten yang pada awal berdirinya mempunyai pengajaran yang sederhana, dimana lingkupnya juga masih sederhana, baik dari sisi masjidnya, jumlah santrinya, tempat tinggal (pondoknya), dan materi yang diberikan.
Pembentukan sistem pendidikan pesantren mempunyai tujuan yaitu :
a. Tujuan umum, yaitu membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian islam, yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi pengajar ajaran agamanya (mubaligh atau dai) islam dalam masyarakat sekitarnya melalui ilmu dan amalnya. Seorang Kyai mengatakan lulusan pesantren yang ideal adalah “ alim-shaleh ” atau santri yang berilmu dan berakhlak karimah. Keshalehan para santri ini merupakan tujuan yang paling utama dari pesantren.
b. Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim (ahli atau pandai) dalam ilmu agama yang disyahkan oleh Kyai yang bersangkutan serta dapat mengamalkannya dalam masyarakat.
Jadi tujuan lembaga pendidikan pesantren tidak semata-mata memperkaya pikiran santri dengan teks-teks dan penjelasan-penjelasan yang islami, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap tingkahlaku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan murid untuk hidup sederhana dan bersih hati.
B. Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian Dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
a. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an adalah berusaha menguasai ayat-ayat Al-Qur’an al-Karim yang ditulis didalam mushaf baik huruf, mahraj, tajwidnya dan memahami maknanya serta berusaha untuk dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi untuk dapat menghafal Al-Qur’an seseorang harus mencurahkan segala kemampuan yang dimilikinya dan mempunyai niat yang tulus ikhlas tanpa mengharapkan pujian-pujian orang, pangkat, kedudukan atau yang lainnya yang bersifat duniawi. Karena hal-hal tersebut dapat menghambat kelancaran menghafal Al-Qur’an.
b. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Allah SWT telah membebankan kepada para penghafal Al-Qur’an dengan tugas yang sangat berat, untuk itulah memeberikan beberapa keutamaan kepada orang-orang yang menghafal Al-Qur’an.Ada beberapa keutamaan bagi orang yang menghafal Al-Qur’an, diantaranya :
1) Penghafal Al-Qur’an adalah pemegang bendera Islam.
2) Penghafal Al-Qur’an adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya.
3) Paling mulya-mulyanya umat Rasulullah saw adalah penghafal Al-Qur’an.
4) Mendapat tempat berteduh dihari kiamat, dimana tidak ada tempat berteduh / perlindungan kecuali perlindungan dari Allah swt.
2. Cara-cara Menghafal Al-Qur’an
Dalam menghafal Al-Qur’an ada beberapa kaedah yang perlu diketahuai, diantaranya :
a. Kaedah–kaedah pokok dalam menghafal Al-Qur’an
Ada beberapa kaedah pokok dalam menghafal Al-Qur’an yaitu :
1) “Niat yang tulus ikhlas, semata mengabdikan diri maencari ridho Allah dan anugrah-Nya yang agung, tidak bertujuan mencari duniawi, kegagahan dan keenakan menuruti nafsu dan lainnya.” ” Sebab, apabila seseorang melakukan sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhoan Allah semata, amalnya hanya akan sia-sia belaka.” Allah SWT berfirman :
Artinya: “Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.(QS.Az-zumar : 65)
Ada beberapa niat yang dapat ditanamkan oleh para calon hafizh, seperti :
a) Berniat memprbanyak dan sering membaca Al-Qur’an
b) Berniat melaksanakan sholat tahajjud dengan hafalannya
c) Berniat memperoleh kemuliaan sebagai seorang hafizh Al-Qur’an disisi Allah SWT
d) Berniat kedua orang tuanya dikenakan mahkota kemuliaan pada hari kiamat
e) Berniat membentengi diri dari azab akhirat
f) Berniat mengajarkannya kepada orang lain
g) Berniat menjadi seorang suri tauladan yang baik bagi kaum muslimin dan non muslim
2) Ada azam (kemauan keras) untuk menyelesaikan hafalan (tidak putus ditengah jalan).
3) Barang kali setiap muslim berkeinginanuntuk bisa menghafal Al-Qur’an. Namun demikian, keinginan saja tidak cukuptanpa disertai dengan kemauan dan kehendak yang kuat untuk melakukan tugas suci ini. Allah SWT berfirman :
Artinya: “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (Q.S Al-Isra’ : 19)
4) Lakukan atas kemauan sendiri.
Banyak sekali orang yang menghafal Al-qur’an atas dasar keterpaksaan, misalnya dipaksa orang tua atau dipaksa oleh lembaga / institusi yang membiayainya. Karena apabila menghafal karena paksaan akan menjadi beban, dan dapat mengganggu konsentrasi menghafal.
5) Memanfa’atkan diri sepenuhnya
Pada otak manusia terdapat kekuatan berfikir, yaitu kekuatan yang bergantung pada informasi melalui indrawi. Maka apabila ingin menghafal Al-Qur’an hendaknya menggunakan sarana indrawi dengan sungguh-sungguh.
6) Istiqomah dalam menentukan jumlah hafalan
Yaitu dengan menetapkan berapa banyak ayat yang harus dihafalkan dalam jangka waktu tertentu dengan memperhatikan kekuatan otak dan kemampuan dengan tidak memaksakan diri.
7) Berdo’a
Berdo’a merupakan sebuah sarana yang tidak akan sia-sia apabila didasari dengan niat yang tulus ikhlas. Untuk itu memohonlah kepada Allah agar diberikan anugrahsebuah nikmat yang berupa hafal Al-Qur’an.
b. Kaedah–kaedah pendukung dalam menghafal Al-Qur’an
1) Membuat perencanaan yang jelas.
Bagi calon hafizh harus mampu menyusun serta mengatur waktu secara khusus dalam setiap harinya, sehingga tidak terganggu oleh kegiatan yang lain.
2) Menggunakan satu jenis mushaf Al-Qur’an dalam menghafal.
Adapun menurut penulis, mushaf Al-Qur’an yang paling cocok dan enak digunakan menghafal Al-Qur’an adalah mushaf Al-Qur’an cetakan Menara Kudus yang biasa disebut Al-Qur’an pojok.
3) Memulai dari juz-juz Al-Qur’an yang mudah dihafal.
Sebenarnya mengangsur hafalan itu tidak harus urut (asal tidak nyungsang ayat) bebas memilih dari mana mau dimulai baik dari surat-surat pendek dulu atau surat-surat yang panjang.
4) Memilih waktu yang baik dan tepat
Waktu yang baik yaitu setelah masa anak-anak, berkisar antara usia 12 atau 13 tahun sampai 19 atau 20 tahun, yaitu usia awal masuk sekolah lanjutan tingkat pertamasampi pasca sekolah lanjutan tingkat atas.
5) Memilih tempat yang tepat dan mendukung.
Tempat merupakan salah satu dari sekian banyaksarana yang sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam menghafal Al-Qur’an. Untuk itu harus diusahakan mencari tempat yang bisa membuat orang yang menghafal Al-Qur’an dapat berkonsentrasi penuh. Apabila menginginkan menghafal dipesantren maka hendaknya sebisa mungkin mencari pesantren yang memang dikhususkan untuk menghafal Al-Qur’an serta memiliki sistem dan kualitas yang baik.
c. Kaedah-kaedah brilian dalam menghafal Al-Qur’an
1) Memanfa’atkan usia emas.
Salah satu hal yang tidak diragukan lagi, masa kanak-kanak hingga menginjak dewasa adalah masa hafalan. Postulat arab mengatakan “ belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu”. Anak-anak sampai usia puber adalah materi fundamental untuk menghafal Al-Qur’an.
2) Membatasi porsi hafalan setiap harinya.
Wajib bagi seseorang yang hendak menghafal Al-Qur’an untuk membatasi hafalannya dalam setiap harinya. Setelah membatasi hafalan dan membenarkan bacaan, mulailah dengan melakukan pengulangan (muraja’ah).
3) Tidak beralih kesurat yang lain sebelum benar-benar menghafalnya.
Hal yang perlu diperhatikan juga, yaitu masalah mengulangi hafalanperayat sampai benar-benar hafal, mulai dari atas sampai kebawah, sehingga ayat yang telah dihafal dapat dikuasai dengan baik.
4) Selalu mengoreksi hafalan.
Yaitu dengan berusaha mencari dan mengoreksi kesalahan hafalan, baik sekadar kesalahan harokat, huruf ataupun lafazd, sehingga kesalahan hafalan sedini mungkin dapat diketahui dan tidak menjadi kesalahan latta.
Selain kaidah-kaidah diatas ada juga metode terbaik dalam menghafal Al-qur’an. Metode ini memiliki keistimewaan khusus, yaitu hafalan yang mengakar kuat;disamping menghafalnya pun cepat, hingga dapat menghatamkan Al-Qur’an dalam waktu singkat . Metode tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali
5. Bacalah keempat ayat tadi dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali, agar satu sama lain saling terkait.
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali
10. Bacalah ayat kelima sampai kedelapan sebanyak 20 kali, agar satu sama lain saling terkait.
11. Bacalah dari ayat pertama hingga ayat kedelapan 20 kali, agar anda menguasai betul halaman ini.
Metode semacam ini dapat diterapkan dalam menghafal tiap halaman, sehingga khatam Al-Qur’an;dan kalau bisa jangan menghafal lebih dari seperdelapan juz tiap harinya, agar target hafalan tidak terlalu banyak hingga akhirnya kocar-kacir.
3. Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’qan
a. Pengertian Meningkatkan Kemampuan
Kata meningkatkan berasal dari kata dasar tingkat, dengan menambahkan awalan me dan akhiran kan, yang berarti menaikkan derajat, menaikkan taraf dan sebagainya. Dan kata kemampuan berasal dari kata dasar mampu dengan tambahan awalan ke dan akhiran an, yang berarti kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu, kekayaan yang dimiliki.
Jadi dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kemampuan menghafal berarti menaikkan derajat atau taraf kesanggupan dan kekuatan dalam menghafal Al-Qur’an.
b. Hal-hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan Menghafal Al-Qur’an
Hal-hal yang harus dilakukan oleh para calon hafizd dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan menghafalnya, yaitu :
1) Wajib mempelajari bahasa Arab
Al-Qur’an itu berbahasa Arab dan diturunkan dengan bahasa Arab pula. Selain itu, Al-qur’an sangat sesuai dengan ushlub Arab dalam penjelasannya, serta mencakup sebagian sastra Arab dalam perkataannya. Hal ini menyebabkan bahasa Arab menjadi wajib hukumnya dalam memahami makna perkataan dan retorika Al-Qur’an dalam ta’bir (pengungkapan) serta ushlub (gaya bahasa) dalam menjelaskan sesuatu.
2) Berusaha memahami tafsir Al-Qur’an
a) Memahami Asbabun Nuzul
Dalam memahami Al-Qur’an kita perlu mengetahui sebab-sebab turunnya ayat. Hal ini dikarenakan Al-Quran diturunkan secara bertahap sesuai dengan berbagai peristiwa dan kejadian. Sebagian ayat turun sebagai jawaban terhadap sebuah pertanyaan, atau sebagai bantahan terhadap syubhat yang dilontarkan.
b) Banyak mengkaji kitab-kitab tafsir
Untuk lebih memahami Al-qur’an seorang hafizd haruslah banyak mengkaji penafsiran ulama salaf dari kalangan mufasirin (pakar tafsir), agar pemahamannya sesuai dengan pemahaman salafusshaleh dari generasi sahabat dan tabi’in. sebab mereka merupakan generasi yang hidup pada masa diturunkannya Al-Qur’an. Selain itu, mereka adalah manusia yang paling mengetahui tentang bahasa Arab serta menyaksikan langsung bagaimana Al-Qur’an dipraktekan dalam kehidupan nyata.
3) Totalitas dalam menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an
Bagi siapa saja yang ingin menghafal Al-Qur’an hendaknya jangan setengah-setengah, segala kemampuan yang dimiliki haruslah dikeluarkan. Perlu diingat bahwa kecerdasan bukanlah segalanya, menghafal sesuatu lebih-lebih Al-Qur’an lebih membutuhkan memori (ingatan) dari pada kecerdasan, dan yang paling penting lagi dalam menghafal Al-Qur’an adalah keuletan diri (rajin dan tekun) serta konsisten dalam segala hal. sangat mungkin juga bagi orang yang tingkat kecerdasannya rendah untuk dapat menghafal Al-Qur’an. Dengan berusaha sedikit demi sedikit setiap hari dan mengulang-ulang terus apa yang telah dihafal secara rutin.
Faktor lain agar bacaan baik dan tidak salah adalah memperbanyak mendengar kaset-kaset bacaan Al-Qur’an murottal dari syaikh yang mapan dalam bacaannya. karena hal iniakan meningkatkan kualitas hafalan seseorang.
4) Selalu mengulang-ulang.
Untuk menguatkan hafalan, hendaknya mengulangi halaman yang sudah dihafal sesering mungkin, jangan sampai setelah merasa hafal satu halaman, kemudian ditinggalkan hafalan tersebut dalam tempo yang lama. Hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan yang telah dikuasai.
Al-Qur’an diibaratkan piaraan adalah yang paling mudah lepas dari genggaman kita, apabila kita mengabaikan atau menduakannya dalam artian kurangnya totalitas dalam menghafal dan menjaga hafalan yang telah kita kuasai. Bagi seorang hafidz selalu dituntut untuk bisa membagi waktu dengan sebaik-baiknya dan mempunyai program yang jelas, agar waktu yang ada tidak terlewatkan dengan sia-sia. Disamping itu juga dituntut untuk selalu disiplin, karena kedisiplinan merupakan salah satu kunci sukses seseorang dalam menggapai cita-citanya. Read More..
1. Pengertian Pondok Pesantren
Tidak jelas dan tidak banyak referensi yang menjelaskan kapan pesantren pertama berdiri, bahkan istilah pesantren, Kyai, dan santri masih diperselisihkan. Menurut asal kata pesantren berasal dari kata Santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat. Dengan demikian pesantren artinya tempat para santri . Selain itu, asal kata pesantren terkadang dianngap gabungan dari Sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong). Sehingga kata pesntren dapat bearti “ tempat pendidikan baik-baik “. Pesntren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santr, sedangkan pondok bearti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Dismping itu kata pondok mungkin berasal dari bahasa arab “ funduq “ yang bearati hotel atau asarama.
Nurkholis Majid berpendapat bahwa berbicara tentang pesantren tidak dapat dipisahkan dengan kata santri. Santri berasal dari kata sastri (sansekerta) yang bearti melek huruf, dikonotasikan santri adalah kelas literary, pengetahuan agama dibaca dari kitab berbahasa arab dan diasumsikan bahwa santri bearti juga orang yang tahu tentang agama (melaluai kitab - kitab) dan paling tidak santri dapat membaca Al-qur’an, sehingga membawa sikap lebih serius dalam memandang agama.
“Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidkan Islam yang di dalamnya terdapat Kyai (pendidik) yang maengajar dan mendidik para santri (anak didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut serta didukung dengan adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri.”
Dalam pelaksanaannya sekarang ini, dari sekian banyak system atau tipe pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren, secara garis besar dapat digolongkan kedalam dua bentuk yang penting:
a. Pondok pesantren salafiyah
Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama islam yang kegiatan pendidikan dan pengajarannya sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya.
b. Pondok pesantren khalafiyah (‘Ashriyah)
Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan, juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal (jalur sekolah), baik itu jalan sekolah umum (SD, SMP, SMU, dan SMK), maupun jalan sekolah berciri khas agam island (MI, MTs, MA, atau MAK).
2. Sejarah Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan salah satu tempat pendidikan agama islam pertama di Indonesia, untuk itu apabila kita berbicara tentang pondok pesantren tidak lepas dari awal masuk dan berkembangnya agama islam di Indonesia. Sebagaiman sejarah masuknya islam di Indonesia, dimana islam dibawa oleh para pedagang sekaligus berperan sebagai ulama, mereka memberikan pendidikan dan pengajaran setiap ada kesempatan yang ada disela waktu berdagang mereka. Mengenai pesantren ini ada beberapa pendapat yang kontrdiktif.
Pertama, kelompok ini berpendapat bahwa pesantren adalah kreasi orisinil anak bangsa setelah mengalami kontak dengan budaya lokal. Pesantren merupakan system pendidikan hindu- budha, disamakan dengan mandala dan asrama dalam khazanah lembaga pendidikan pra-islam. Kedua, kelompok yang berpendapat bahwa pesantren diadobsi dari lembaga pendidikan islam timur tengah. Kelompok ini meragukan pendapat yang menyatakan bahwa lembaga mandala dan asrama yang sudah ada sejak zaman hindu-budha merupakn tempat berlangsungnya praktek pengajaran tekstual sebagaiman dipesantren.
Salah satu metode mereka yang diterapkan untuk mengenalkan islam sebagai proses pendidikan, yaitu metode Uswah atau contoh perilaku.mereka dalam sosialisasi dengan masyarakat memberikan contoh tingkah laku yang baik seperti sopan, ramah tamah, tulus ikhlas, pengasih, amanah, pemurah, jujur dan adil. Demikian islam dikenlkan oleh pengajaran islam terdahulu dimana saja mereka bearada. Dan dimana saja mereka mempunyai kesempatan tinggal cukup lama, mereka membangun masjid atau langgar. Dua tempat ibadah itu digunakan sebagai media untuk memberikan dakwah atau pengajaran tentang islam kepada masyarakat yang ada.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasullah SAW, dengan para sahabatnya ketika hijrah dari mekah ke madinah Beliau menjadikan masjid nabawi sebagai pusat pendidikan islam. Masjid yang semula merupakan pusat pendidikan tunggal yang menampung semua orang, tanpa batas umur, lambat laun berkembang menjadi pusat pendidikan islam untuk tingkat menengah dan perguruan tinggi, dan untuk menampung pendidikan anak-anak tingkat dasar didirikan al-kuttab.
“Dari sinilah para ulam ditimur tengah mulai mendirikan madrasah dengan nama pondok pesanten, yaitu masjid sebagai pusat pendidikan ditambah ruangan-ruangan kelas dan asram pemondokan para pelajar (santri).” Samudra pasai merupakan pusat pendidikan islam atau pondok pesantren pertama di Indonesia. Selanjutnya, system pendidikan pesantren ternyata tidak hanya terdapat disamudra pasai saja, akan tetapi telah menyebar kepulau jawa dan bahkan seluruh Indonesia.
3. Unsur-unsur Pondok Pesantren
Ada beberapa unsur didalam pondok pesantren yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Zamakhsyari Dhafier dalam bukunya Tradisi Pesantren, menyebutkan 5 elemen, yaitu kyai, santri, masjid,asrama pemondokan dan pengajaran kitab-kitab klasik.
a. Ulama’ (kyai)
Ulama adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kauniyah maupun Qur’aniyah yang diikuti masa khasyyah (takut) kepada Allah. Ulama’ jamak dari ‘alima yang berarti seseorang yang memiliki ilmu mendalam, luas dan mantap. Ulama adalah seserang yang memiliki kepribadian dan akhlak yang dapat menjaga hubungan dekatnya dengan Allah dan memiliki benteng kekuatan untuk menghalang dan meninggalkan segala sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT. tunduk, patuh dan khasyyah kepada-Nya. Ulama atau kyai adalah tokoh sentral dalam satu pesantren, maju mundurnya pesantren ditentukan oleh wibawa dan charisma sang kyai. Karena itu tidak jarang terjadi, apabila sang kyai disalah satu pesantren wafat, maka pamor pesantren tersebut merosot karena kyai yang menggantikannya tidak setenar kyai yang telah wafat itu.
Adapun syarat atau criteria ulama yaitu :
1) Keilmuan dan keterampilan
a) Memahami Al-Qur’an dan sunnah Rasullullah ulumuddin lainnya
b) Memiliki kemampuan memahami situasi dan kondisi serta dapat mengantisipasi perkembangan masyarakat dan dakwah islam
c) Mampu memimpin dan membimbing umat dalam melaksanakn kewajiban hablum min Allah, hablum min Annas dan hablum min al-Alam .
2) Pengabdian
a) Mengabdikan seluruh hidup dan kehidupannya hanya kepada Allah SWT.
b) Menjadi pelindung, pembela dan pelayan umat (waliyul mu’minin)
c) Menunaikan segenap tugas dan kewajibannya atas landasan iman dan takwa kepada Allah SWT dengan penuh rasa tanggung jawab.
b. Santri
Santri merupakan salah satu elemen penting dalam pondok pesantren, karena santri merupakan sekelompok orang yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan ulama atau Kyai. Santri adalah sisiwa atau mahasiswa yang dididik dalam linkungan pondok pesantren yang menjadi murid dan sekaligus menjadi pengikut serta pelanjut perjuangan ulama yang setia.
Dalam pesantren, dilihat dari sisi santrinya, ada dua yaitu santri mukim (tinggal dipesantren) yaitu siswa yang berdatangan dari tempat yang jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnyamaka dia mondok (timggal) dipesantren. Dan santri kalong (santri yang pulang pergi) yaitu siswa yang berasal dari daerah sekitar yang memuingkinkan mereka pulang ketempat tinggal masing-masing. Biasanya santri yang mukim jumlahnya lebih besar daripada santri yang ngalong.
“Didunia pesantren biasa juga dilakukan, seorang santri pindah dari suatu pesantren kepesantren lain. Setelah seorang santri merasa cukup lama disuatu pesantren, maka dia pindah kepesantren lain dengan tujuan untuk menambah dan mendalami suatu ilmu yang menjadi keahlian dari seorang kyai yang didatanginya.”
c. Masjid
Masjid diartikan secara harfiah adalah tempat sujud, karena ditempat ini setidak-tidaknya seorang muslim lima kali sehari semalam melaksanakan sholat.
Masjid merupakan suatu yang harus ada dalam pondok pesantren, karena disamping sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai pusat pendidikan. Sebagaimana pada zaman Rasulullah SAW, masjid merupakan pusat pendidikan islam tunggal, dan terus berlanjut sampai zaman khulafa al-Rasyidin yaitu Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib, yang terakhir sampai tahun 661 M.
d. Asrama Pemondokan
Asrama pemondokan ini biasanya terdiri dari kamar-kamar, aula, kamar mandi, dapur umum dan lapangan olahraga. Pada zaman dahulu, asarama pemondokan ini banyak yang terbuat dari bambu yang berbentuk angkringan (menggunakan tiang penyangga dibawah lantai). Tetapi sekarang ini bangunannya sudah berbentuk gedung-gedung yang sarana dan prasarananya lebih bagus dibandingkan dengan asrama pemondokan zaman dulu, dan mulai jarang ditemui bangunan yang terbuat dari bambu.
Meskipun sarana dan prasarana paesantren pada zaman dahulu kualitasnya berada dibawah pesantren sekarang akan tetapi kualitas santri pada zaman dahulu tidak kalah dibandingkan dengan santri zaman sekarang, bahkan dapat dikatakan lebih unggul. Tidak sedikit lulusan pesantren pada zaman dahulu yang menjadi ulama-ulama besar yang akhirnya bisa mendirikan pesantren sendiri dilingkungan masyarakatnya. .
Ada beberapa alasan pokok pentingnya pondok dalam suatu pesantren, yaitu : Pertama, banyaknya santri-santri yang berdatangan dari daerah yang jauh untuk menuntut ilmu kepada seorang kyai yang sudah termashur keahliannya. Kedua, pesantren-pesantren itu terletak di desa-desa, dimana tidak tersedia perumahan santri yang berdatangan dari luar daerah. Ketiga, ada hubungan timbal balik antara kyai dan santri, dimana para santri menganggap kyai sebagai orang tuanya sendiri.
e. Pengajaran ilmu-ilmu agama
“Pengajaran ilmu-ilmu agama dipesantrn, pada umumnya dilaksanakan lewat pengajaran kitab-kitab klasik, disamping ada sebagian pesantren yang memakaim kitab-kitab berbahasa Arab yang tidak tergolong kepada kitab-kitab klasik.”
1) Pengajian kitab-kitab Islam klasik
Kitab-kitab Islam klasik yang lebih populer dengan sebutan kitab kuning, ditulis oleh ulama-ulama Islam pada zaman pertengahan. Kepintaran dan kemahiran seorang santri diukur dari kemampuannya membaca serta mensyarahkan (menjelaskan) isi kandungan kitab-kitab tersebut. Biasanya pengajian kitab-kitab tersebut dijadwal lengkap dengan waktu, tempat, kyai yang mengajar, serta nama kitab yang dibaca.
2) Pengajian kitab-kitab Islam Non klasik
Pengajian kitab-kitab ini biasanya dilaksanakan di pesantren modern. Dipesantren-pesantren modern pengajian kitab-kitab Islam klasik tidak mengambil bagian yang penting, bahkan boleh dikatakan tidak diajarkan.
Pengajian ilmu-ilmu agama diambil dari kitab-kitab berbahasa Arab yang disusun oleh ulama-ulama yang tergolong mutaakhir. Seperti pondok pesantern modern Gontor, kebanyakan pelajaran agama diambil dari kitab-kitab karangan ulama yang sudah tergolong abad ke-20.
4. Guru Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama islam pertama di Indonesia dengan sisitem pembelajaran yang pada umumnya masih bersifat klasik. Berbicara guru pondok pesantren berarti tidak bisa lepas dari pendidikan islam. Dalam pendidikan islam peran guru sangat penting demi tercapainya tujuan pendidikan islam, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
“Menurut Al–Ghozali, guru adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan dan mensucikan hati hingga menjadi dekat dengan khaliqnya. Untuk itu guru dalam perspektif islam melaksanakan proses pendidikan hendaknya diarahkan pada aspek tazkiah, an-nafs.”
Oleh karena itu, seorang pendidik dituntun untuk memiliki beberapa sifat keutamaan yang menjadi kepribadiannya. Diantara sifat tersebut adalah :
a. Hendaknya guru mencintai anaknya bagaikan anaknya sendiri.
b. Guru jangan mencari bayaran dari pekerjaan mengajarnya, demi mengikuti jejak Rasullah saw dengan alasan bahwa pekerjaan mengajar lebih tinggi harganya daripada harta benda
c. Guru hendaknya menasehati muridnya agar tidak mencari ilmu untuk kemegahan atau mencari kehidupan dunia.
d. Guru hendaknya menjadi teladan dan contoh utama yang harus di tiru para murud – muridnya.
e. Guru hendaknya mengamalkan ilmunya, agar ucapanya tidak mendustai perbuatannya.
Dalam hal ini Allah swt berfirman :
Artinya :” Apakah kamu memerintah manusia dengan perbuatan baik sedang kamu lupa terhadap dirimu sendiri”. (Q.S.Al-Baqarah : 44).
5. Sistem Pendidikan Pesantren
Sebenarnya sistem pendidikan pesantren merupakan jenjang lanjutan dari system pendidikan langgar dan masjid, baik secara materi maupun metode yang dipakai. Pesanten yang pada awal berdirinya mempunyai pengajaran yang sederhana, dimana lingkupnya juga masih sederhana, baik dari sisi masjidnya, jumlah santrinya, tempat tinggal (pondoknya), dan materi yang diberikan.
Pembentukan sistem pendidikan pesantren mempunyai tujuan yaitu :
a. Tujuan umum, yaitu membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian islam, yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi pengajar ajaran agamanya (mubaligh atau dai) islam dalam masyarakat sekitarnya melalui ilmu dan amalnya. Seorang Kyai mengatakan lulusan pesantren yang ideal adalah “ alim-shaleh ” atau santri yang berilmu dan berakhlak karimah. Keshalehan para santri ini merupakan tujuan yang paling utama dari pesantren.
b. Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim (ahli atau pandai) dalam ilmu agama yang disyahkan oleh Kyai yang bersangkutan serta dapat mengamalkannya dalam masyarakat.
Jadi tujuan lembaga pendidikan pesantren tidak semata-mata memperkaya pikiran santri dengan teks-teks dan penjelasan-penjelasan yang islami, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap tingkahlaku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan murid untuk hidup sederhana dan bersih hati.
B. Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian Dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
a. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an adalah berusaha menguasai ayat-ayat Al-Qur’an al-Karim yang ditulis didalam mushaf baik huruf, mahraj, tajwidnya dan memahami maknanya serta berusaha untuk dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi untuk dapat menghafal Al-Qur’an seseorang harus mencurahkan segala kemampuan yang dimilikinya dan mempunyai niat yang tulus ikhlas tanpa mengharapkan pujian-pujian orang, pangkat, kedudukan atau yang lainnya yang bersifat duniawi. Karena hal-hal tersebut dapat menghambat kelancaran menghafal Al-Qur’an.
b. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Allah SWT telah membebankan kepada para penghafal Al-Qur’an dengan tugas yang sangat berat, untuk itulah memeberikan beberapa keutamaan kepada orang-orang yang menghafal Al-Qur’an.Ada beberapa keutamaan bagi orang yang menghafal Al-Qur’an, diantaranya :
1) Penghafal Al-Qur’an adalah pemegang bendera Islam.
2) Penghafal Al-Qur’an adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya.
3) Paling mulya-mulyanya umat Rasulullah saw adalah penghafal Al-Qur’an.
4) Mendapat tempat berteduh dihari kiamat, dimana tidak ada tempat berteduh / perlindungan kecuali perlindungan dari Allah swt.
2. Cara-cara Menghafal Al-Qur’an
Dalam menghafal Al-Qur’an ada beberapa kaedah yang perlu diketahuai, diantaranya :
a. Kaedah–kaedah pokok dalam menghafal Al-Qur’an
Ada beberapa kaedah pokok dalam menghafal Al-Qur’an yaitu :
1) “Niat yang tulus ikhlas, semata mengabdikan diri maencari ridho Allah dan anugrah-Nya yang agung, tidak bertujuan mencari duniawi, kegagahan dan keenakan menuruti nafsu dan lainnya.” ” Sebab, apabila seseorang melakukan sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhoan Allah semata, amalnya hanya akan sia-sia belaka.” Allah SWT berfirman :
Artinya: “Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.(QS.Az-zumar : 65)
Ada beberapa niat yang dapat ditanamkan oleh para calon hafizh, seperti :
a) Berniat memprbanyak dan sering membaca Al-Qur’an
b) Berniat melaksanakan sholat tahajjud dengan hafalannya
c) Berniat memperoleh kemuliaan sebagai seorang hafizh Al-Qur’an disisi Allah SWT
d) Berniat kedua orang tuanya dikenakan mahkota kemuliaan pada hari kiamat
e) Berniat membentengi diri dari azab akhirat
f) Berniat mengajarkannya kepada orang lain
g) Berniat menjadi seorang suri tauladan yang baik bagi kaum muslimin dan non muslim
2) Ada azam (kemauan keras) untuk menyelesaikan hafalan (tidak putus ditengah jalan).
3) Barang kali setiap muslim berkeinginanuntuk bisa menghafal Al-Qur’an. Namun demikian, keinginan saja tidak cukuptanpa disertai dengan kemauan dan kehendak yang kuat untuk melakukan tugas suci ini. Allah SWT berfirman :
Artinya: “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (Q.S Al-Isra’ : 19)
4) Lakukan atas kemauan sendiri.
Banyak sekali orang yang menghafal Al-qur’an atas dasar keterpaksaan, misalnya dipaksa orang tua atau dipaksa oleh lembaga / institusi yang membiayainya. Karena apabila menghafal karena paksaan akan menjadi beban, dan dapat mengganggu konsentrasi menghafal.
5) Memanfa’atkan diri sepenuhnya
Pada otak manusia terdapat kekuatan berfikir, yaitu kekuatan yang bergantung pada informasi melalui indrawi. Maka apabila ingin menghafal Al-Qur’an hendaknya menggunakan sarana indrawi dengan sungguh-sungguh.
6) Istiqomah dalam menentukan jumlah hafalan
Yaitu dengan menetapkan berapa banyak ayat yang harus dihafalkan dalam jangka waktu tertentu dengan memperhatikan kekuatan otak dan kemampuan dengan tidak memaksakan diri.
7) Berdo’a
Berdo’a merupakan sebuah sarana yang tidak akan sia-sia apabila didasari dengan niat yang tulus ikhlas. Untuk itu memohonlah kepada Allah agar diberikan anugrahsebuah nikmat yang berupa hafal Al-Qur’an.
b. Kaedah–kaedah pendukung dalam menghafal Al-Qur’an
1) Membuat perencanaan yang jelas.
Bagi calon hafizh harus mampu menyusun serta mengatur waktu secara khusus dalam setiap harinya, sehingga tidak terganggu oleh kegiatan yang lain.
2) Menggunakan satu jenis mushaf Al-Qur’an dalam menghafal.
Adapun menurut penulis, mushaf Al-Qur’an yang paling cocok dan enak digunakan menghafal Al-Qur’an adalah mushaf Al-Qur’an cetakan Menara Kudus yang biasa disebut Al-Qur’an pojok.
3) Memulai dari juz-juz Al-Qur’an yang mudah dihafal.
Sebenarnya mengangsur hafalan itu tidak harus urut (asal tidak nyungsang ayat) bebas memilih dari mana mau dimulai baik dari surat-surat pendek dulu atau surat-surat yang panjang.
4) Memilih waktu yang baik dan tepat
Waktu yang baik yaitu setelah masa anak-anak, berkisar antara usia 12 atau 13 tahun sampai 19 atau 20 tahun, yaitu usia awal masuk sekolah lanjutan tingkat pertamasampi pasca sekolah lanjutan tingkat atas.
5) Memilih tempat yang tepat dan mendukung.
Tempat merupakan salah satu dari sekian banyaksarana yang sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam menghafal Al-Qur’an. Untuk itu harus diusahakan mencari tempat yang bisa membuat orang yang menghafal Al-Qur’an dapat berkonsentrasi penuh. Apabila menginginkan menghafal dipesantren maka hendaknya sebisa mungkin mencari pesantren yang memang dikhususkan untuk menghafal Al-Qur’an serta memiliki sistem dan kualitas yang baik.
c. Kaedah-kaedah brilian dalam menghafal Al-Qur’an
1) Memanfa’atkan usia emas.
Salah satu hal yang tidak diragukan lagi, masa kanak-kanak hingga menginjak dewasa adalah masa hafalan. Postulat arab mengatakan “ belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu”. Anak-anak sampai usia puber adalah materi fundamental untuk menghafal Al-Qur’an.
2) Membatasi porsi hafalan setiap harinya.
Wajib bagi seseorang yang hendak menghafal Al-Qur’an untuk membatasi hafalannya dalam setiap harinya. Setelah membatasi hafalan dan membenarkan bacaan, mulailah dengan melakukan pengulangan (muraja’ah).
3) Tidak beralih kesurat yang lain sebelum benar-benar menghafalnya.
Hal yang perlu diperhatikan juga, yaitu masalah mengulangi hafalanperayat sampai benar-benar hafal, mulai dari atas sampai kebawah, sehingga ayat yang telah dihafal dapat dikuasai dengan baik.
4) Selalu mengoreksi hafalan.
Yaitu dengan berusaha mencari dan mengoreksi kesalahan hafalan, baik sekadar kesalahan harokat, huruf ataupun lafazd, sehingga kesalahan hafalan sedini mungkin dapat diketahui dan tidak menjadi kesalahan latta.
Selain kaidah-kaidah diatas ada juga metode terbaik dalam menghafal Al-qur’an. Metode ini memiliki keistimewaan khusus, yaitu hafalan yang mengakar kuat;disamping menghafalnya pun cepat, hingga dapat menghatamkan Al-Qur’an dalam waktu singkat . Metode tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali
5. Bacalah keempat ayat tadi dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali, agar satu sama lain saling terkait.
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali
10. Bacalah ayat kelima sampai kedelapan sebanyak 20 kali, agar satu sama lain saling terkait.
11. Bacalah dari ayat pertama hingga ayat kedelapan 20 kali, agar anda menguasai betul halaman ini.
Metode semacam ini dapat diterapkan dalam menghafal tiap halaman, sehingga khatam Al-Qur’an;dan kalau bisa jangan menghafal lebih dari seperdelapan juz tiap harinya, agar target hafalan tidak terlalu banyak hingga akhirnya kocar-kacir.
3. Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’qan
a. Pengertian Meningkatkan Kemampuan
Kata meningkatkan berasal dari kata dasar tingkat, dengan menambahkan awalan me dan akhiran kan, yang berarti menaikkan derajat, menaikkan taraf dan sebagainya. Dan kata kemampuan berasal dari kata dasar mampu dengan tambahan awalan ke dan akhiran an, yang berarti kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu, kekayaan yang dimiliki.
Jadi dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kemampuan menghafal berarti menaikkan derajat atau taraf kesanggupan dan kekuatan dalam menghafal Al-Qur’an.
b. Hal-hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan Menghafal Al-Qur’an
Hal-hal yang harus dilakukan oleh para calon hafizd dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan menghafalnya, yaitu :
1) Wajib mempelajari bahasa Arab
Al-Qur’an itu berbahasa Arab dan diturunkan dengan bahasa Arab pula. Selain itu, Al-qur’an sangat sesuai dengan ushlub Arab dalam penjelasannya, serta mencakup sebagian sastra Arab dalam perkataannya. Hal ini menyebabkan bahasa Arab menjadi wajib hukumnya dalam memahami makna perkataan dan retorika Al-Qur’an dalam ta’bir (pengungkapan) serta ushlub (gaya bahasa) dalam menjelaskan sesuatu.
2) Berusaha memahami tafsir Al-Qur’an
a) Memahami Asbabun Nuzul
Dalam memahami Al-Qur’an kita perlu mengetahui sebab-sebab turunnya ayat. Hal ini dikarenakan Al-Quran diturunkan secara bertahap sesuai dengan berbagai peristiwa dan kejadian. Sebagian ayat turun sebagai jawaban terhadap sebuah pertanyaan, atau sebagai bantahan terhadap syubhat yang dilontarkan.
b) Banyak mengkaji kitab-kitab tafsir
Untuk lebih memahami Al-qur’an seorang hafizd haruslah banyak mengkaji penafsiran ulama salaf dari kalangan mufasirin (pakar tafsir), agar pemahamannya sesuai dengan pemahaman salafusshaleh dari generasi sahabat dan tabi’in. sebab mereka merupakan generasi yang hidup pada masa diturunkannya Al-Qur’an. Selain itu, mereka adalah manusia yang paling mengetahui tentang bahasa Arab serta menyaksikan langsung bagaimana Al-Qur’an dipraktekan dalam kehidupan nyata.
3) Totalitas dalam menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an
Bagi siapa saja yang ingin menghafal Al-Qur’an hendaknya jangan setengah-setengah, segala kemampuan yang dimiliki haruslah dikeluarkan. Perlu diingat bahwa kecerdasan bukanlah segalanya, menghafal sesuatu lebih-lebih Al-Qur’an lebih membutuhkan memori (ingatan) dari pada kecerdasan, dan yang paling penting lagi dalam menghafal Al-Qur’an adalah keuletan diri (rajin dan tekun) serta konsisten dalam segala hal. sangat mungkin juga bagi orang yang tingkat kecerdasannya rendah untuk dapat menghafal Al-Qur’an. Dengan berusaha sedikit demi sedikit setiap hari dan mengulang-ulang terus apa yang telah dihafal secara rutin.
Faktor lain agar bacaan baik dan tidak salah adalah memperbanyak mendengar kaset-kaset bacaan Al-Qur’an murottal dari syaikh yang mapan dalam bacaannya. karena hal iniakan meningkatkan kualitas hafalan seseorang.
4) Selalu mengulang-ulang.
Untuk menguatkan hafalan, hendaknya mengulangi halaman yang sudah dihafal sesering mungkin, jangan sampai setelah merasa hafal satu halaman, kemudian ditinggalkan hafalan tersebut dalam tempo yang lama. Hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan yang telah dikuasai.
Al-Qur’an diibaratkan piaraan adalah yang paling mudah lepas dari genggaman kita, apabila kita mengabaikan atau menduakannya dalam artian kurangnya totalitas dalam menghafal dan menjaga hafalan yang telah kita kuasai. Bagi seorang hafidz selalu dituntut untuk bisa membagi waktu dengan sebaik-baiknya dan mempunyai program yang jelas, agar waktu yang ada tidak terlewatkan dengan sia-sia. Disamping itu juga dituntut untuk selalu disiplin, karena kedisiplinan merupakan salah satu kunci sukses seseorang dalam menggapai cita-citanya. Read More..
PANDANGAN AWAL
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. yang menjadi sumber aqidah kita. Secara mutlak Al-Qur’an merupakan perkataan yang paling agung dan paling mulia. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah nasihat dari Allah, nasihat yang melahirkan kesembuhan bagi hati serta dapat mangikis semua penyakit, kotoran dan kenistaan yang ada di dada agar cahaya kembali terang dan fitrah imani yang disematkan Allah pada manusia itu kembali berfungsi. Sebagaimana firman Allah swt:
Artinya : “Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isrok: 82)
Al-Qur’an juga mampu menyembuhkan berbagai penyakit fisik, maupun psikologis.
“Sebagai kitab suci, peran Al-Qur’an sangat sentral dalam kehidupan individu dan sosial umat islam. Perannya tidak hanya mencakup persoalan-persoalan ritual ibadah, tetapi juga mencakup tatanan ekonomi, sosial, politik dan bahkan budaya.”
“Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan definisi Al-Qur’an. menurut manna’Al-Qhathan: Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan orang yang membacanya akan memperoleh pahala.”
“Menurut kalangan pakar ushul fiqih, fiqih dan bahasa Arab: Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabinya, Muhammad. Lafad-lafadnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-fatihah (1) sampai akhir surat An-Nas (114).”
Al-Qur’an sendiri memiliki perbedaan nama di antaranya Al-Qur’an (bacaan), Al-Huda (pimpinan) Al-Dzikir (peningkatan) An-Nur (cahaya) Al-Furqon (pembeda), Al-Bayan (penjelasan) dan Al-Hikmah (filsafat) dan lain-lain. Nama Al-Qur’an sendiri adalah nama yang populer dan menonjol. Allah memberi keistimewaan kepada kitab yang diturunkan pada Rasulullah SAW ini dengan nama Al-Qur’an karena kitab-kitab samawi sebelumnya. Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang fenomenal, pantaslah ia disebut mukjizat terbesar Rasulullah saw. Ia adalah kalamullah yang akan senantiasa terjaga dan terjamin kesucian serta kemurniannya selama-lamanya. Sebagai firman Allah swt:
إِنَّ نََحْنُ نَزَّلْناَ الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ (الحجر: )
Artinya: Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-quran dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.(QS. Al-Hijr: 9)
Diantara mukjizat Al-Qur’an pada awal diturunkankannya yang paling menonjol adalah berupa gaya bahasa. Susunan gaya bahasa Al-Quran tidak sama dengan gaya bahasa karya bahasa manusia yang dikenal masyarakat Arab kala itu. Al-Qur’an tidaklah berbentuk syair, tidak pula berbentuk poisi. Sehubungan dengan itu Khuroish Shihab menjelaskan bahasa ayat-ayat Al-Qur’an walaupun sebagaimana yang telah dijelaskan Allah bukan syair atau puisi, tetapi terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Meskipun telah dikatakan bahwa mayoritas kisah-kisah Al-Qur’an selalu berseberangan atau lebih sering tidak sesuai dengan batasan-batasan yang ditetapkan oleh kritikus sastra. Akan tetapi nilai sastra yang terkandung dalam Al-Qur’an sangat tinggi dan itu diakui oleh ahli-ahli sastra.
Meskipun mempunyai gaya bahasa yang unik, indah serta memiliki nilai sastra yang tinggi, akan tetapi kelebihan Al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab yang lain adalah mudah untuk dihafal dan difahami apa bila kita benar-benar dan sungguh-sungguh ingin menghafal dan memehami serta mempunyai niat yagn iklas untuk menjaga kenurnian Al-Qur’an itu sendiri. Sebagaimana firman Allah swt:
Artinya : “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka adakah orang yang mengambil pelajaran” (Al-Qamar : 17)
“Ribuan bahkan puluhan ribu umat Islam yang telah hafal Al-Qur’an, dan kita pun patut berbangga bahwa kebanyakan dari mereka adalah anak-anak kecil yang masih belum cukup umur (baligh), padahal mereka mungkin sama sekali belum mengetahui fungsi dan makna Al-Qur’an itu sendiri.” Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa untuk bisa menghafal Al-Qur’an dibutuhkan kerja keras disamping mukjizat dari allah SWT, juga harus mempunyai niat, tekat yang bulat, konsisten serta niat yang tulus iklas maka tidak akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesailan sebagaimana yang dilakukan orang-orang terdahulu, banyak diantara mereka yang menghafal Al-Qur’an hanya membutuhkan waktu beberapa bulan behkan beberapa minggu saja.
Dewasa ini banyak para penghafal Al-Qur’an yang sampai bertahun-tahun belum bisa menyelesaikan, bahkan dalam jangka waktu lima tahun bahkan lebih ada yang baru memperoleh separuh atau kurang dari separuh Al-Quran. Ada beberapa faktor yang menghambat mereka, di antaranya kurangnya totalitas dan konsistensi, karena bagi seseorang yang inginmenghafal Al-Qur’an hendaknya memiliki totalitas dan konsistensi yang tinggi terhadap Al-Qur’an itu sendiri. Di samping itu juga harus mempunyai jadwal harian yang tepat, seperti mengulang kembali hafalan yang telah lalu (takror), jadwal menambah hafalan baru dan lain sebagainya, sehingga apabila ada kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan sesuai jadwal akan diganti pada waktu yang lain, sehingga tidak akan lagi ada kegiatan yang ditinggalkan.
Sistem mentargetkan hafalan seperti perhari, perminggu, perbulan, dan pertahun juga perlu dilakukan untuk memotifasi diri mereka sendiri, karena banyak dari mereka yang tidak memiliki target tertentu, sehingga biasanya hafalan yang baru diproses langsung disetorkan kepada guru. Hal ini tentu lebih berat daripada hafalan yang sudah lama disiapkan.
Seharusnya langkah pertama yang dilakukan oleh seseorang yang ingin menghafal Al-Qur’an yaitu mengaji dengan membaca (binnadlor) sampai benar-benar lancar dan sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, sambil mengangsur menghafal dengan tidak memperlihatkan bahwa dirinya sedang dirinya sedang menghafal Al-Qur’an (bisa sambil menuntut ilmu agama yang lain). Sampai sekiranya cukup mumpuni jika maju berguru lagi untuk hafalan akan mudah menyelesaikannya dalam jangka waktu yang relatif singkat yang selalu siap pakai. Hal-hal seperti inilah yang sering diabaikan oleh para penghafal Al-Qur’an dizaman sekarang ini, sehingga mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya.
Menghafal Al-Qur’an adalah tugas yang sangat agung. Karena itu, diperlukan perangkat yang agung pula. Menghafal Al-Qur’an merupakan tujuan tujuan yang sangat mulia. Sehingga dalam rangka merealisasikannya kita perlu meluangkan waktu yang mencukupi.
Ada beberapa faktor yang memiliki hubungan erat dalam menghafal al-Quran, dan faktor tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, menanamkan materi hafalan secara baik sehingga menjadi bertambah banyak dan menetapkan hafalan-hafalan sendiri. Ini merupakan faktor terpenting. Kedua, termasuk perantara fundamental (mendasar), yang tanpanya rasanya sulit bagi calon hafidz al-Quran untuk merealisasikan hafalannya dengan cepat serta tepat dalam mengulangnya. Ketiga, faktor sekunder atau pelengkap. Faktor ini membantu dalam mengingat-ingat kembali hafalan secara intensif dan efektif.
Mengingat tingginya kedudukan para hafidz serta fungsinya dalam menjaga Al-Quran, dan masih rendahnya tingkat pemahaman mereka terhadap cara-cara yang benar yang harus mereka lakukan untuk mempermudah menghafal Al-Quran, serta masih banyak lagi hal-hal lain yang seharusnya dilakukan oleh para hafidz di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo, akan tetapi ditinggalkannya sebagaimana yang telah diuraikan di atas.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Guru Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Putra di Patihan Wetan Babadan ponorogo”, dengan alasan sebagai berikut :
1. Karena Tahfidzul Qur’an merupakan amalan yang sangat terpuji dan harus dikembangkan metodologinya.
2. Karena Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan merupakan satu-satunya pondok pesantren yang mendalmi Al-Qur’an di Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
3. Karena penulis merupkan salah satu santri pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
B. Tujuan Penelitian
Dari latarbelakang masalah yang telah dipaparkan diatas, penulis menetepkan tujuan penelitian sebegai berikut:
1. Untuk mengetahui upaya-upaya guru pondok pesantren dalam meningkatkan kemampuan santri putra dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesanren Tahfidzul Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
2. Untuk mengetahui hasil-hasil yang dicapai para santri putra dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesanren Tahfidzul Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo .
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis perlu memberikan penegasan terhadap variabel-variabel dibawah ini :
1. Upaya adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh demi tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.
2. Guru pondok pesantren adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan dan menjadikan peserta didik menjadi lebih baik dan lebih dekat kepada tuhannya.
3. Menghafal Al-Qur’an adalah menguasai ayat-ayat Al-Qur’an tanpa melihat dan menguasai ilmu-ilmu tajwid yang ada didalamnya.
2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Upaya-upaya apakah yang dilakukan guru pondok pesantren dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putra dipondok pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo?
b. Bagaimanakah hasil dari upaya yang dilakukan guru pondok pesanten dalam meningkatkan menhafal Al-Qur’an santri putra di pondok pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo?
D. Metode Penelitian
1. Populasi dan sampel
Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri putra Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Quran Al-Hasan yang jumlahnya 34 santri. Oleh karena populasi kurang dari seratus orang, maka penelitian ini tidak menggunakan sampel.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. . Observasi
Penulis melakukan observsi terhadap kegiatan belajar mengajar santri putra, kegiatan santri pada waktu mengaji, pada waktu istirahat, pada wakyu kerja bakti, pada waktu istirahat malam hari dan ibadah tengah malam lainnya seperti qiymullail dan sebagainya.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara dengan pengasuh pondok pesantre, dewan guru, pengurus pondok dan santri putra yang menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
c. Dokumentasi
Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan dokumen-dokumen sebagai berikut :
1) Buku- buku kurikulum
2) Data-data guru
3) Data-data santri bil ghoib
4) Absensi guru
5) Absensi santri
6) Struktur organisasi
7) Akta yayasan
8) Buku nilai
3. Analisa Data
Teknik analisa data merupakan cara untuk menganalisis hasil data yang diperoleh dalam penelitian. Teknik analisis data ini digunakan untuk menentukan jawaban atas permasalahan penelitian dengan tujuan untuk mencari kebenaran dari data yang diperoleh sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Adapun data-data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode analisa diskriptif kwaliatif, artinya data-data yang terkumpul dipilah-pilah dan dikelompokkan. Sedangkan angka yng ada dijumlahkan, dibagi, diprosentase dan dikualitaskan.
E. Sistematika Penyusunan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun menjadi lima bab dan lampiran-lampiran. Secara umum, sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Skripsi ini diawali dengan halam judul, lembar pengesahan nota persetujuan pembibing, kata pengantar, motto, daftas isi, dan daftar lampiran, semua ini merupakan bagian depan dari skripsi, kemudian dilanjutkan pembahasan perbab yang merupakan isi dari skripsi, pembahasan perbab tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini memuat latarbelakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan rumusan masalah, metode penelitian dan sistemetika penyusunan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Merupakan pembahasan teoritis tentang pondok pesantren dan menghafal Al-Qur’an.
BAB III : Gambaran umum tentang pondok pesantren tahfidzul Qur’an Al-Hasan Parihan Wetan Babadan Ponorogo.
Dalam bab ini membahas tentang sejarah singkat, struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Tahfzdul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
BAB IV: Upaya meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putra di Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
Bab ini berisi tentang bentuk-bentuk upaya, kendala dan solusi serta prestasi yang dicapai dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putra di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
BAB V : Kesimpulan dan saran
Bab ini merupakan akhir dari pembahasan skripsi, yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang berisi kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran serta daftar riwayat pendidikan penulis. Read More..
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. yang menjadi sumber aqidah kita. Secara mutlak Al-Qur’an merupakan perkataan yang paling agung dan paling mulia. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah nasihat dari Allah, nasihat yang melahirkan kesembuhan bagi hati serta dapat mangikis semua penyakit, kotoran dan kenistaan yang ada di dada agar cahaya kembali terang dan fitrah imani yang disematkan Allah pada manusia itu kembali berfungsi. Sebagaimana firman Allah swt:
Artinya : “Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isrok: 82)
Al-Qur’an juga mampu menyembuhkan berbagai penyakit fisik, maupun psikologis.
“Sebagai kitab suci, peran Al-Qur’an sangat sentral dalam kehidupan individu dan sosial umat islam. Perannya tidak hanya mencakup persoalan-persoalan ritual ibadah, tetapi juga mencakup tatanan ekonomi, sosial, politik dan bahkan budaya.”
“Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan definisi Al-Qur’an. menurut manna’Al-Qhathan: Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan orang yang membacanya akan memperoleh pahala.”
“Menurut kalangan pakar ushul fiqih, fiqih dan bahasa Arab: Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabinya, Muhammad. Lafad-lafadnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-fatihah (1) sampai akhir surat An-Nas (114).”
Al-Qur’an sendiri memiliki perbedaan nama di antaranya Al-Qur’an (bacaan), Al-Huda (pimpinan) Al-Dzikir (peningkatan) An-Nur (cahaya) Al-Furqon (pembeda), Al-Bayan (penjelasan) dan Al-Hikmah (filsafat) dan lain-lain. Nama Al-Qur’an sendiri adalah nama yang populer dan menonjol. Allah memberi keistimewaan kepada kitab yang diturunkan pada Rasulullah SAW ini dengan nama Al-Qur’an karena kitab-kitab samawi sebelumnya. Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang fenomenal, pantaslah ia disebut mukjizat terbesar Rasulullah saw. Ia adalah kalamullah yang akan senantiasa terjaga dan terjamin kesucian serta kemurniannya selama-lamanya. Sebagai firman Allah swt:
إِنَّ نََحْنُ نَزَّلْناَ الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ (الحجر: )
Artinya: Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-quran dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.(QS. Al-Hijr: 9)
Diantara mukjizat Al-Qur’an pada awal diturunkankannya yang paling menonjol adalah berupa gaya bahasa. Susunan gaya bahasa Al-Quran tidak sama dengan gaya bahasa karya bahasa manusia yang dikenal masyarakat Arab kala itu. Al-Qur’an tidaklah berbentuk syair, tidak pula berbentuk poisi. Sehubungan dengan itu Khuroish Shihab menjelaskan bahasa ayat-ayat Al-Qur’an walaupun sebagaimana yang telah dijelaskan Allah bukan syair atau puisi, tetapi terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Meskipun telah dikatakan bahwa mayoritas kisah-kisah Al-Qur’an selalu berseberangan atau lebih sering tidak sesuai dengan batasan-batasan yang ditetapkan oleh kritikus sastra. Akan tetapi nilai sastra yang terkandung dalam Al-Qur’an sangat tinggi dan itu diakui oleh ahli-ahli sastra.
Meskipun mempunyai gaya bahasa yang unik, indah serta memiliki nilai sastra yang tinggi, akan tetapi kelebihan Al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab yang lain adalah mudah untuk dihafal dan difahami apa bila kita benar-benar dan sungguh-sungguh ingin menghafal dan memehami serta mempunyai niat yagn iklas untuk menjaga kenurnian Al-Qur’an itu sendiri. Sebagaimana firman Allah swt:
Artinya : “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka adakah orang yang mengambil pelajaran” (Al-Qamar : 17)
“Ribuan bahkan puluhan ribu umat Islam yang telah hafal Al-Qur’an, dan kita pun patut berbangga bahwa kebanyakan dari mereka adalah anak-anak kecil yang masih belum cukup umur (baligh), padahal mereka mungkin sama sekali belum mengetahui fungsi dan makna Al-Qur’an itu sendiri.” Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa untuk bisa menghafal Al-Qur’an dibutuhkan kerja keras disamping mukjizat dari allah SWT, juga harus mempunyai niat, tekat yang bulat, konsisten serta niat yang tulus iklas maka tidak akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesailan sebagaimana yang dilakukan orang-orang terdahulu, banyak diantara mereka yang menghafal Al-Qur’an hanya membutuhkan waktu beberapa bulan behkan beberapa minggu saja.
Dewasa ini banyak para penghafal Al-Qur’an yang sampai bertahun-tahun belum bisa menyelesaikan, bahkan dalam jangka waktu lima tahun bahkan lebih ada yang baru memperoleh separuh atau kurang dari separuh Al-Quran. Ada beberapa faktor yang menghambat mereka, di antaranya kurangnya totalitas dan konsistensi, karena bagi seseorang yang inginmenghafal Al-Qur’an hendaknya memiliki totalitas dan konsistensi yang tinggi terhadap Al-Qur’an itu sendiri. Di samping itu juga harus mempunyai jadwal harian yang tepat, seperti mengulang kembali hafalan yang telah lalu (takror), jadwal menambah hafalan baru dan lain sebagainya, sehingga apabila ada kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan sesuai jadwal akan diganti pada waktu yang lain, sehingga tidak akan lagi ada kegiatan yang ditinggalkan.
Sistem mentargetkan hafalan seperti perhari, perminggu, perbulan, dan pertahun juga perlu dilakukan untuk memotifasi diri mereka sendiri, karena banyak dari mereka yang tidak memiliki target tertentu, sehingga biasanya hafalan yang baru diproses langsung disetorkan kepada guru. Hal ini tentu lebih berat daripada hafalan yang sudah lama disiapkan.
Seharusnya langkah pertama yang dilakukan oleh seseorang yang ingin menghafal Al-Qur’an yaitu mengaji dengan membaca (binnadlor) sampai benar-benar lancar dan sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid, sambil mengangsur menghafal dengan tidak memperlihatkan bahwa dirinya sedang dirinya sedang menghafal Al-Qur’an (bisa sambil menuntut ilmu agama yang lain). Sampai sekiranya cukup mumpuni jika maju berguru lagi untuk hafalan akan mudah menyelesaikannya dalam jangka waktu yang relatif singkat yang selalu siap pakai. Hal-hal seperti inilah yang sering diabaikan oleh para penghafal Al-Qur’an dizaman sekarang ini, sehingga mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya.
Menghafal Al-Qur’an adalah tugas yang sangat agung. Karena itu, diperlukan perangkat yang agung pula. Menghafal Al-Qur’an merupakan tujuan tujuan yang sangat mulia. Sehingga dalam rangka merealisasikannya kita perlu meluangkan waktu yang mencukupi.
Ada beberapa faktor yang memiliki hubungan erat dalam menghafal al-Quran, dan faktor tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, menanamkan materi hafalan secara baik sehingga menjadi bertambah banyak dan menetapkan hafalan-hafalan sendiri. Ini merupakan faktor terpenting. Kedua, termasuk perantara fundamental (mendasar), yang tanpanya rasanya sulit bagi calon hafidz al-Quran untuk merealisasikan hafalannya dengan cepat serta tepat dalam mengulangnya. Ketiga, faktor sekunder atau pelengkap. Faktor ini membantu dalam mengingat-ingat kembali hafalan secara intensif dan efektif.
Mengingat tingginya kedudukan para hafidz serta fungsinya dalam menjaga Al-Quran, dan masih rendahnya tingkat pemahaman mereka terhadap cara-cara yang benar yang harus mereka lakukan untuk mempermudah menghafal Al-Quran, serta masih banyak lagi hal-hal lain yang seharusnya dilakukan oleh para hafidz di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo, akan tetapi ditinggalkannya sebagaimana yang telah diuraikan di atas.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Guru Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Putra di Patihan Wetan Babadan ponorogo”, dengan alasan sebagai berikut :
1. Karena Tahfidzul Qur’an merupakan amalan yang sangat terpuji dan harus dikembangkan metodologinya.
2. Karena Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan merupakan satu-satunya pondok pesantren yang mendalmi Al-Qur’an di Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
3. Karena penulis merupkan salah satu santri pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
B. Tujuan Penelitian
Dari latarbelakang masalah yang telah dipaparkan diatas, penulis menetepkan tujuan penelitian sebegai berikut:
1. Untuk mengetahui upaya-upaya guru pondok pesantren dalam meningkatkan kemampuan santri putra dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesanren Tahfidzul Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
2. Untuk mengetahui hasil-hasil yang dicapai para santri putra dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesanren Tahfidzul Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo .
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis perlu memberikan penegasan terhadap variabel-variabel dibawah ini :
1. Upaya adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh demi tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.
2. Guru pondok pesantren adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan dan menjadikan peserta didik menjadi lebih baik dan lebih dekat kepada tuhannya.
3. Menghafal Al-Qur’an adalah menguasai ayat-ayat Al-Qur’an tanpa melihat dan menguasai ilmu-ilmu tajwid yang ada didalamnya.
2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Upaya-upaya apakah yang dilakukan guru pondok pesantren dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putra dipondok pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo?
b. Bagaimanakah hasil dari upaya yang dilakukan guru pondok pesanten dalam meningkatkan menhafal Al-Qur’an santri putra di pondok pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo?
D. Metode Penelitian
1. Populasi dan sampel
Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri putra Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Quran Al-Hasan yang jumlahnya 34 santri. Oleh karena populasi kurang dari seratus orang, maka penelitian ini tidak menggunakan sampel.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. . Observasi
Penulis melakukan observsi terhadap kegiatan belajar mengajar santri putra, kegiatan santri pada waktu mengaji, pada waktu istirahat, pada wakyu kerja bakti, pada waktu istirahat malam hari dan ibadah tengah malam lainnya seperti qiymullail dan sebagainya.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara dengan pengasuh pondok pesantre, dewan guru, pengurus pondok dan santri putra yang menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
c. Dokumentasi
Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan dokumen-dokumen sebagai berikut :
1) Buku- buku kurikulum
2) Data-data guru
3) Data-data santri bil ghoib
4) Absensi guru
5) Absensi santri
6) Struktur organisasi
7) Akta yayasan
8) Buku nilai
3. Analisa Data
Teknik analisa data merupakan cara untuk menganalisis hasil data yang diperoleh dalam penelitian. Teknik analisis data ini digunakan untuk menentukan jawaban atas permasalahan penelitian dengan tujuan untuk mencari kebenaran dari data yang diperoleh sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Adapun data-data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode analisa diskriptif kwaliatif, artinya data-data yang terkumpul dipilah-pilah dan dikelompokkan. Sedangkan angka yng ada dijumlahkan, dibagi, diprosentase dan dikualitaskan.
E. Sistematika Penyusunan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun menjadi lima bab dan lampiran-lampiran. Secara umum, sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Skripsi ini diawali dengan halam judul, lembar pengesahan nota persetujuan pembibing, kata pengantar, motto, daftas isi, dan daftar lampiran, semua ini merupakan bagian depan dari skripsi, kemudian dilanjutkan pembahasan perbab yang merupakan isi dari skripsi, pembahasan perbab tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini memuat latarbelakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan rumusan masalah, metode penelitian dan sistemetika penyusunan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Merupakan pembahasan teoritis tentang pondok pesantren dan menghafal Al-Qur’an.
BAB III : Gambaran umum tentang pondok pesantren tahfidzul Qur’an Al-Hasan Parihan Wetan Babadan Ponorogo.
Dalam bab ini membahas tentang sejarah singkat, struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Tahfzdul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
BAB IV: Upaya meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putra di Pondok Pesantren Tahfidzu Al-Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
Bab ini berisi tentang bentuk-bentuk upaya, kendala dan solusi serta prestasi yang dicapai dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putra di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
BAB V : Kesimpulan dan saran
Bab ini merupakan akhir dari pembahasan skripsi, yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang berisi kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran serta daftar riwayat pendidikan penulis. Read More..
Langganan:
Postingan (Atom)